"Mana sepatumu Andi?" Tanya Ibunya saat ia dijemput sepulang sekolah.
"Hilang, bu". Jawab Andi sekenanya.
Mata Ibu Andi tertuju pada teras masjid. Disana ada sebuah sepatu yang entah milik siapa.
"Itu sepatumu Andi, sana diambil dulu"! Perintah Ibu Andi.
"Itu bukan milikku bu".
"Ibu yang membelikanmu sepatu itu, tidak mungkin Ibu salah. Sana ambil sepatunya".
Dengan tubuh yang agak sempoyongan, Andi terpaksa mengambil sepatu itu.
Hari-hari berlalu begitu saja, sampai tiba-tiba bunyi hp berdering di siang hari.
'Assalamualaikum Bu Lia, saya bundanya Mas Bayu mau melaporkan, sepatu anak saya hilang sejak dua hari yang lalu. Kata anak saya, sepatunya diambil sama yang namanya Andi, tapi Andi tidak mengakuinya. Tolong dibantu menyelesaikan masalah ini ya bu". Pinta seorang Ibu diseberang sana.
Kaget bukan kepalang, namun kita tak boleh menuduh seseorang tanpa bukti bukan?
Karna Andi kini sedang terjerat kasus yang lumayan berat di sekolahnya, maka aku laporkan saja kasus ini ke waka kesiswaan. Alhamdulillah direspon dengan cepat. Andi yang suka berkata tidak jujur, berbelit-belit serta tidak merasa bersalah kini mulai terpojok dengan pertanyaan jebakan yang diajukan oleh waka kesiswaan. Lambat laun, Andi mengakui bahwa sepatu tersebut milik Bayu, bukan miliknya. Alhamdulillah, didepan mata wali kelasnya, Andi meminta maaf kepada Bayu seraya mengembalikan sepatu tersebut.
Setelah sepatu dikembalikan, Bayu hanya meletakkannya di rak sepatu. Kemudian Bayu mengikuti pelajaran seperti biasa. Saat pulang sekolah,
"Loh, sepatuku yang tadi dipulangkan sama Andi kemana?".
Akhirnya sepatu Bayu hilang lagi.
Saat Bayu melapor kepadaku, esoknya aku mencurigai Andi. Namun, Andi kini memakai sepatu lain bukan sepatu Bayu. Rasa curigaku berkurang.
'Ah, mungkin sepatunya ada yang nyumputin," pikirku.
Hari-hari berlalu, namun sepatu Bayu tak kunjung ketemu. Ketika hari Jumat, Bayu sontak merasa kaget, ternyata Andi memakai sepatu miliknya.
"Andi, itu kan sepatuku". Kata Bayu.
"Bukan ya, ini sepatu saudaraku". Jawabnya.
Bayu kemudian melaporkan hal tersebut kepadaku. Aku mencoba tenang dan meminta Bayu menjelaskan ciri-ciri sepatu miliknya.
Ternyata benar, sepatu itu milik Bayu. Siang itu, aku menemui walikelas Andi dan melaporkan hal tersebut seraya meminta izin untuk mengambil sepatu tersebut tanpa sepengetahuan Andi, seperti Andi mengambil sepatu itu dari rak sepatu kelas Bayu.
Aku berpesan kepada Bayu, agar sepatunya jangan sampai dikeluarkan dari tas, dan nantinya diletakkan di rumah saja. Jangan sampai dipakai saat sekolah. Baru siang kuambil sepatu tersebut, dan dimasukkan di tas Bayu, sorenya sepatu itu hilang lagi.
Cerita Bayu, sore itu Bayu melaksanakan sholat asar berjamaah. Dia letakkan tas berisi sepatunya di teras masjid. Ternyata, saat Bayu mau pulang sepatu di dalam tasnya tidak ada lagi. Bayu langsung mencurigai Andi.
Keesokan harinya, saat mendapat laporan aku langsung geram. Bisa-bisanya Andi mengambil barang yang bukan miliknya dari dalam tas yang juga bukan miliknya.
Setelah melalui beberapa proses. Akhirnya kita sepakat memanggil orangtua dari Andi. Saat itu yang hadir adalah Ayahnya. Ayah Andi kemudian meminta maaf, dan berjanji akan mengganti sepatu milik Bayu jika belum ketemu.
Ketika Andi dipanggil ke kantor, dan dimintai penjelasan. Andi kemudian berkata jujur. Bahwa sepatu milik Bayu ia sembunyikan dengan alasan 'takut dimarah Ibunya'. Andi tidak mau Ibunya kecewa karena sepatunya hilang lagi.
Namun, setelah kejadian ini Andi langsung mengembalikan sepatu milik Bayu.
Ibu Andi kemudian datang ke sekolah dan memeluk Bu Risna waka kesiswaan kita. Sambil menangis, Ibu Andi berkata,
"Andaikan saya percaya sama anak saya, bahwa itu bukan sepatu miliknya mungkin masalah ini tidak akan terjadi. Maafkan saya bu, karena sepatu milik anak saya mirip seperti sepatu yang kemarin." kata Ibu Andi terbata-bata.
Ibu Andi meminta maaf kepada semua pihak. Kini Andi dan Bayu pun berteman.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
RASUL PENYANYANG (By Afif)
Sumber : Muhammad Teladanku (Tugas menceritakan kembali isi bacaan teks non fiksi) T eman-teman Rasulullah S.A.W sangat tidak menyukai ...
-
Assalamualaikum wr wb smart ladies. Hari ini ngodop hari ke empat. Dimana aku mulai agak buntu dengan ide. Setelah seharian berfikir, akhirn...
-
Gorong-gorong adalah cerita pendek (cerpen) di ngodop.com yang unik menurutku. Cerpen ditulis oleh penulis yang memiliki nama Naila Zulfa p...
Ceritanya bagus, hanya ada typo tetapi sering di ulang ๐
ReplyDeleteMisalnya "hilang bu"
Seharusnya "Hilang, Bu!"
Semangaaaat
Hihihi, terimakasih kak. Alhamdulullah, senangnya aku kalau dikasih kritik. Mampur lagi ya kak. Biar aku lebih produktif hehehe
DeletePelajaran moralnya bagus nih mbk. Terdengar sepele tapi sebenarnya ya tak semudah itu. Top!
ReplyDeleteAlhamdulillah terimakasih kak
DeleteTerkadang orang tua merasa selalu benar,tidak mau mendengarkan pendapat anak,kasihan anaknya yang jadi korban.bagusnya .akirnya orang tua menyadarinya
ReplyDeleteSering juga ortu tidak begitu percaya kpada anak. Miris
DeleteIya bund. Alhamdulillah. Ini kisah nyata di sekolahku. Tapiiii nama disamarkan. Hehehe
ReplyDeletePingin bisa bikin cerpen dari kisah sendiri
ReplyDeleteAyo kak. Ini kemarin kepepet karna sudah mentok tidak tahu lagi mau nulis apaan. Hehehe
DeleteKeren perkara sepatu dikemas jadi cerita yang mengandung hikmah. Hihi semangat kak
ReplyDeleteMasih peelu belajar banyak kak. Belum mahir
DeleteKeren mbak...
ReplyDeleteTrimakasih kak
DeleteKisah yang sarat pelajaran.
ReplyDeleteBahasa kakak itu bagus-bagus di blog. Saya pengen belajar loh
DeleteSaya dapat banyak pelajaran dari cerita ini.Keren kak. Semangat terus๐ช๐
ReplyDeleteAlhamdulillah. Terimakasih kak
DeleteBagus ceritanya mbak. Jadi introspeksi diri. Terima kasih
ReplyDeleteSama-sama kak. Makasih sudah mampir.
ReplyDeleteKeren mbak ceritanya. Semangat menulis ya
ReplyDeleteTerimakasih kak sudah mampir
DeleteSimpel ceritanya, menarik untuk dibaca
ReplyDelete