Wednesday 30 October 2019

Biografi Kak Karis (Lelaki atau Perempuankah?)

Karis Rosida adalah salah satu peserta di komunitas menulis, ODOP Batch 7. Sejak kecil ia dipanggil Karis, namun karena sering dikira lelaki maka adapula yang memanggilnya Rosida atau Kak Ros. Karis lahir di Blitar, 22 September 1987. Saat ini usianya menginjak 32 tahun.

Perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana ini menyukai dunia wirausaha, pendidikan, sosial dan literasi. Saat ini tengah aktif dikegiatan menulis serta berbagai komunitas lainnya. Salah satunya aktif di komunitas ODOP.

Jika melihat latar belakang Karis, ia tidak memiliji jejak penukis. Bapaknya seorang wirausaha, sedang ibunya hanya Ibu Rumah Tangga biasa. Kini Karis sendiri juga menekuni dunia wirausaha. Dulu ia kuliah di Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, dan lulus di tahun 2010. Tak ada jejak sebagai seorang penulis bukan?.

Namun, ia pernah bermimpi untuk menjadi seorang penulis. Setelah minpi itu terkubur lama sekali, tiba-tiba kisaran setahun lalu saat aksi bersama komunitas Save Street Child Blitar ia bertemu dengan adik-adik luar biasa yang memberi
beberapa buku dan alat tulis sebagai tanda perpisahan. Kado sederhana
namun bermakna bagi perjalanan hidupnya. Seketika ia teringat dengan mimpi yang sudah terkubur lama.

Setelah hibernasi panjang dari media sosial, akhirnya ia kembali coba-coba menulis dengan mengikuti RWC ODOP,
30 Hari Bercerita selama Ramadhan yang diadakan oleh Arrahman Press, dan event nulis dari YDSF Malang.

Usai lebaran akhirnya ia mulai percaya diri untuk mengikuti kompetisi meskipun belum pernah membuat
cerpen atau puisi, intinya nekat aja.

Dari coba-coba alhamdulillah kini Karis memiliki karya meski masih dalam bentuk antologi. Beberapa karyanya antara lain, Tak Sebaik Angkasa (Buku Antologi Puisi), Titik Tempuh Terakhir, Serupa Bintang Serius, Sudut Paling Dingin (Buku Antologi Cerpen) dan satu lagi  Cara Allah Mencintai Hamba-Nya (Buku Antologi Kisah Inspiratif).

Kenapa saya menuliskan biografi Karis? Tantangan di komunitas menulis ODOP pekan terakhir begitu menyeramkan bagi saya. Menulis biografi orang yang belum kita kenal, tapi ternyata asyik juga. Ada satu lagi tantangan yang luar biasa, menulis cerbung 5 episode. Smoga Allah kuatkan aku.


Sunday 27 October 2019

Edisi Cerita Curhat

Baiklah, dipenghujung ODOP ini tantangan begitu berat. Ya, benar. Istiqomah itu susah.

Pekan ini hari-hariku dipenuhi agenda. Sejak Minggu sampai Minggu lagi. Akhirnya tugas menulis terbengkalai.

Kucoba membayar hutang yang ada, namun tetap saja susah sekali menulis 5 judul sekaligus. Apalagi banyak kerjaan lainnya.

Malam ini, malam terakhir setor tulisan di pekan ini. Dimana esok pagi tulisan akan direkap. Yang biasanya kita boleh mengirimkan telat, pekan ini berbeda. Kita harus mengumpulkan setoran kita tepat waktu.

Malam ini kuputuskan untuk membuat cerpen serta puisi. Semoga krisan yang kudapat bisa menambah kecerdasan juga.

Baiklah, besok kita akan mendengarkan pengumuman bahwa yang konaisten akan tetap berada di grup tersebut sedang yang tidak akan tereliminasi.

Hadirmu

Hadirmu membawa secercah harapan
Tubuh mungilmu, jari jemarimu yang begitu lentik menambah syukurku pada Robb ku

Hadirmu mengasah kembali kelamnya cahaya itu, hingga kembali bersinar selayak purnama pada rembulan malam.

Hadirmu membawa kesejukan meluluhkan amarah dan dendam

Menanti hadirmu hal terindah dalam hidup ini

Hadirmu saat ini sudah mampu menyinari ilhamku dan semangat baru
Hati yang dulu layu berankak mulai segar tegak
Hati yang dulu rapuh kini mulai menguat

Mencintaimu

Aku sudah mencintaimu sejak kita bertemu mata
Dirimu bagaikan penghujung malam tahun baru
Bak titik awal dan akhir dalam hidupku

Mencintaimu adalah titik awal kebahagiaan dan titik akhir pencarian

Cinta itu seperti parfum dan mengalir seperti arus
Engkau seperti hujan dan aku seperti bumi yang menanti dan menyambutmu.

Meski engkau bukan yang sempurna
Namun kau mampu membuatku utuh dalam kesempurnaah

Terima kasih suamiku
Telah menghancurkan hatiku
Akhirnya cahaya keindahan itu masuk ke relung kalbuku

Aku Bukan Ular Raksasa

"Tolong, tolong, tolong" teriak Nita seraya berlari bak ketemu dengan wewe gombel.

Nita seorang gadis belia yang kini tengah dalam masa penantian. Ia menantikan sang pujaan hati yang tak kunjung datang untuk melamarnya.

Malam ini, dia terlihat ketakutan. Ia berlari tunggang langgang mencari pertolongan.

"ada apa Nita?" tanya Pak RT sambil menenangkan Nia.

"pak, saya melihat ular raksasa sedang melintas di kampung kita" ucap Nita sambil mengatur nafasnya.

"ah, tidak mungkin Nita, itu hanya halusinasi kamu saja" jawab Pak RT.

Meski Nita berusaha menjelaskan pada Pak RT dan tetangga sekitar, tetap saja para tetangga tak ada yang mempercayainya.

Nita kembali berjalan kearah pulang. Tak berselang lama, banyak warga yang berteriak.

"ular, ular, ular raksasa" teriak warga.

Nita masih terdiam melihat beberapa warga yang berhamburan. Tiba-tiba ada yang memegang tangan Nita lalu mengajaknya untuk berlari. Saat Nita menoleh, ternyata seorang lelaki berparas tampan.

Namun, semua warga terheran. Karena yang dilihat warga, bukan lelaki tampan yang tengah menggandeng tangan Nita, tapi seekor ular raksasa yang tengah melilit Nita.

"wahai gadis cantik, tolong aku. Ikutlah denganku. Akan kuceritakan tentangku" ucap lelaki itu.

"awas Nita, hati-hati" teriak warga.

Ditengah kebingungan dan kebimbangan yang kini dialami Nia, dia mengambil keputusan untuk mwnolong lelaki tersebut. Entah kenapa, lelaki tersebut membawa Nia ke sebuah masjid. Tak satupun warga yang berani mengikuti mereka.

Sesampainya di masjid.
"wahai gadis cantik, perkenalkan. Aku Doni. Maukah kamu menolongku?"

"apa yang bisa aku tolong?" jawab Nita.

"Dulu aku seorang manusia juga sepertimu, namun, saat aku mendaki gunung aku sempat berkata kotor serta merusak alam sekitar. Sampai suatu hari aku dikutuk menjadi seekor ular raksasa. Dan aku bisa berubah menjadi manusia kembali jika seorang gadis yang memiliki hati lembut mampu mencabut sebuah sisik yang ada di leherku. Maukah kamu membantuku?" ucap lelaki itu.

"Jadi???

Belum sempat Nita berkata-kata, lelaki tersebut memotong perkataanya.

"benar, akulah ular yang ku lihat melintas di kampungmu. Jangan takut, aku tidak jahat" lanjut ular tersebut.

Akhirnya Nita menuruti permintaan sang ular untuk mengambil sisiknya. Tiba-tiba, keajaiban datang. Ular raksasa itu berubah menjadi lelaki tampan.

Sejak saat itu, Nita dan Doni saling mencintai.

Saat Doni berniat meminang Nita. Tiba-tiba Nita dikagetkan dengan suara dering jam wekkernya.

"Oh My God, selamat jalan mimpi indahku" gumam Nita.

Ternyata hanya mimpi belaka.

Saturday 26 October 2019

Hilangkan Grogi Sebelum Lomba

"Pak, pak sepertinya belok kanan deh"

Dia diam saja, sambil tetap jalan lurus. Kemudian berhenti disebuah lapangan. Dia membuka Hp, membuka Google Map. Kemudian motor kembali melaju.

"Alhamdulillah ketemu juga, itu lo bu kantornya" kata Suamiku sambil menuju ke arah kantor Bahasa Lampung.

Kami sampai di lokasi tepat pukul 06.30 pagi. Saat itu hanya ada petugas kebersihan. Kami berberes diri merapihkan pakaian yang sedikit kusut. Tak lama kemudian banyak peserta berdatangan.

Tempat untuk lomba berada di lantai 3. Arkhan dan suamiku jalan-jalan mencari kue untuk persiapan cemilan. Dan aku menuju tempat lomba.

Grogi tak terkira ketika kulihat teman-teman lainnya membawa aneka media pembelajaran. Persiapan yang sangat matang. Lalu aku? Aku hanya terdiam usai menuliskan nama dan me4ngumpul syarat lomba.

"baiklah, tenang nia, tenang" gumamku.

Akhirnya, sebelum acara dimulai. Aku berkeliling mencari teman baru. Kesana kesini serambi nge-vlog aku berkenalan dengan banyak teman dari berbagai daerah. Lumayan untuk mengurangi rasa grogiku.

Banyak juga yang asyik berselvi ria, bercengkrama, juga tak sedikit yang latihan mengajar sebelum lomba dimulai.
Sungguh pengalaman baru bagiku. Alhamdulillah kuucap syukur sudah dipertemuka dengan orang hebat di sini.

~to be continue~

Usaha Takkan Menghianati Hasil

Di sudut ruangan, seorang gadis berparas ayu tengah memikirkan sesuatu. Tubuhnya yang mungil, dengan jilbabnya yang panjang menambah ayu diwajahnya. Ia terlihat begitu cemas.

"Pak, maaf mengganggu bisa bicara sebentar?" tegurnya pada seorang bapak yang belum terlihat tua.

"Ya Nina, ada apa? Ada masalah yang serius?" tanyanya.

Nina seorang siswi SMA disebuah kota. Dia seorang yang periang, juga cekatan. Pada suatu hari, dia membaca sebuah brosur berisikan macam-macam lomba. Sedangkan di sekolahnya, kebanyakan siswanya tak berminat dengan berbagai perlombaan.

Namun, Nina begitu tertarik dengan lomba yang tertera yaitu lomba membaca puisi. Meski ia tak begitu suka dengan puisi, kini ia sedang mencoba membujuk gurunya untuk mendaftarkan temannya diajang lomba ini.

"Pak, ini ajang bergengsi. Ayo dong ikutan" bujuknya.
"Adakah yang berminat?" Pak Andi bertanya kepada Nina.

Kali ini Nina terdiam, dia berfikir keras. Siapa yang akan maju mengikuti lomba ini.

"Belum ada si pak, tapi pak?
"Kalau Nina ingin ikut, Bapak dukung saja" potong Pak Andi.

"Tapi Nina buka ahlinya di bidang puisi, nanti kalau kalah bagaimana?"
"Memang Nina pernah menang?" tukas Pak Andi.

"(Memang Nina pernah menang?). Ampun deh, benar sekali. Tak satupun lomba yang pernah kumenangkan. Tapi, jahat banget sih Pak Andi berkata seperti itu" gumam Nina.

Diam-diam Nina mendaftarkan diri ikut lomba. Dalam prosesnya, banyak teman yang dijadikan guru, banyak guru yang dijadikan tempat curhat. Sampai-sampai, Ibu di rumah pun menjadi salah satu guru bagi Nina.

Hari demi hari Nina belajar, tujuan Nina satu. Menang.

Pada hari perlombaan, tangan mulai dingin, hati mulai tak karuan, detak jantung berpacu sangat kuat. Ya, Nina sering demam panggung.

Perlombaanpun berlangsung, Maa syaa Allah, saat menaiki panggung tubuh Nina gemetar tak karuan. Namun demi satu kata yaitu Menang. Semua rasa ia abaikan. Nina lancar membacakan puisi diatas panggung.

Sampai tibalah saat pengumuman. Dewan juri mengumumkan juara 5 terlebih dahulu. Nina mendengarkan dengan penuh cemas. Sampai akhirnya.

"Yah, belum juara" ucap Nina dengan ekspresi wajah sedih.
"Apa yang akan kuceritakan di sekolah dengan teman dan guruku" gumamnya lagi

Keesokan harinya, Nina coba datang ke sekolah dengan wajah ceria. Jika ada teman yang bertanya, dia akan menjawab apa adanya. Sampailah ketika Nina berjumpa dengan Bu Sari.

"Bu aku kalah" ucapnya
"Maa syaa Allah Nina, Nina sudah hebat berani tampil di depan umum. Nak, ketika seseorang ingin mendapat penghargaan atau juara, ia harus merasakan perjuangan, sedangkan Nina? Kan Nina baru sekali berjuang, In syaa Allah dilain kesempatan Nina akan mendapat juara" ucap Bu Sari.

Nada, suara, ucapan Bu Sari begitu lembut terdengar di telinga. Nasehat yang akan ku ingat selama hidupku. Ya. Aku harus terus mencoba. Toh kegagalan adalah awal dari keberhasilan.

Setahun telah berlalu, kali ini Nina naik ke kelas 3 SMA. Alhamdulillah, riang tak terkira, Nina mendapat brosur undangan mengikuti lomba. Lomba yang sama dengan setahun lalu. Kali ini, Nina berusaha lebih keras lagi. Tak satupun hari ia lewati tanpa latihan membaca puisi. Kali ini dia berjuang dengan sunggug-sungguh.

Nina berlatih sampai hari perlombaan pun tiba.

"Bu Sari, Alhamdulillah aku bisa mendapat juara 2" ucap Nina sambil memeluk Bu Sari.

Ya, Nina meraih juara 2 diajang lomba membaca puisi. Meski hanya juara 2, tapi Nina sangat bahagia.

"Alhamdulillah, selamat ya Nina, tuh kan, apa Ibu bilang. Memang ya, usaha tak kan menghianati hasil" ucap Bu Sari kembali.

Kini, Nina selalu bersemangat untuk meraih apa yang ia inginkan.

Thursday 24 October 2019

Cerita Semalam Sebelum Lomba

"Niatnya mencari ilmu dan pengalaman bu" ucap suamiku.

Ah, dia selalu membuat hatiku luluh. Selalu mendukungku disetiap kegiatanku.
Pada hari Senin, sepulang sekolah aku berkemas. tentu baju ganti untuk anakku paling banyak kubawa. Tak lupa, aku mengemas perlengkapan untuk media mengajarku. meski tradisional, tak apalah.

Rencananya kami akan menginap di rumah paman, yang tinggal di Tigeneneng. Pukul 17.00 motor kami melaju dengan perlahan dan santai. Disepanjang jalan, Arkhan, anakku tak mau duduk. Dia asyik melihat pemandangan sekitar.

Tepat saat adzan berkumandang, kami sampai di rumah paman. Di sana kami disambut dengan begitu hangat. Setelah sholat magrib, kami bercengkerama di ruang tamu sambil sesekali menikmati jagung rebus.

"warung di sebelah mana ya man?" tanyaku.
"maju sedikit, belok ke kiri sampai kok"

Pempers Arkhan habis, jadi kami segera mencari ke warung terdekat. Saat mencari warung, ternyata kami berjumpa dengan tetangga kampung yang menikah dengan orang Tigeneneng. Akhirnya kita mampir sebentar untuk sekedar basa-basi.

Sepulang mencari pempers, kamipun pulang. Sampai rumah paman, kami membakar jagung di teras depan. Suasana malam yang terang bulan menambah kehangatan. Sampai akhirnya Arkhan mulai meringik minta tidur.

Setelah Arkhan tertidur aku dan suami mempersiapkan perlengkapan yang esok akan di bawa. Aku menyetrika, suamiku menyelesaikan bahan ajarku. Alhamdulillah, pukul 22.00 semuanya selesai. Kami bersegera untuk tidur agar esok tak kesiangan.

~to be continue~

Monday 21 October 2019

Menemukan Metode, Tapi Pesimis

Sejak kuketik namaku tanda aku mengikuti lomba mengajar Guru SD Se-Provinsi Lampung, hari-hari begitu cepat berlalu. Bahkan aku yang sehari-hari mengajar matematika, muli bingung menentukan materi yang akan kuikutsertakan dalam lomba.

Googling sana sini, buka youtub dimanapun berada mencari secercah solusi. Ah, aku menyesal ikut daftar lomba. Tak satupun materi kukuasai.

Beberapa hari berlalu, tak ada ide melintas di otakku. Sampai akhirnya, aku menemukan akun youtub, disana ada seorang sedang mengajar bangun ruang. Banyak media namun tak ada permainannya.

Oke, googling lagi. Alhamdulillah menemukan semuah metode mengajar yaitu Make a match, akhirnya ide melintas juga. Semangat kembali membara.

Mulai kubuat satu per satu media pembelajaran. Sederhana, bahkan jelek menurutku. Tapi, ini bentuk ikhtiarku.

Beberapa malam, kucoba belajar mengajar dengan durasi 10 menit. Susah, susah sekali. Aku yang suka sekali bicara, harus bicara terbatasi waktu. Selalu saja lebih dari 10 menit. Tapi aku terus mencoba.

Keesokan harinya,
"Mbak Diana ya? Emmm beliau S2 loh" ucap Mbak Latifah padaku.

Aku, menanyakan perihal salah satu peserta dari SD yang ternama di kotaku. Maa syaa Allah, beliau lemah lembut, S2, kreatif serta cantik. Apalah aku ini yang tak ada apa-apanya dengan peserta lain.

"Lalu aku harus bagaimana mbak? Aku minder" ucapku lirih.


~to be continue~




Sunday 20 October 2019

Entah Apa yang Merasukiku

Kuabaikan support dari suami, karena aku faham kemampuanku berbahasa Indonesia. Apalagi, ketika dulu aku sekolah, tak pernah aku mendapat nilai bagus pada pelajaran tersebut.

Aku mulai membujuk beberapa guru yang ada di sekolahku. Aku kirimkan info terkait lomba yang ada. Bahkan, tak segan-segan aku mendatangi beberapa guru untuk memberi support agar ada yang ikut lomba tersebut.

Namun, usahaku gagal. Tak satupun guru yang minat mengikuti lomba tersebut.

"Kenapa sih pada nggak berminat? Bukankah kalau ada info lomba untuk anak didik, mereka selalu support, mencari anak didik yang siap ikut lomba?" gumamku.

Merasa gagal membujuk guru di sekolahku, aku mendatangi kepala sekolah.

"Pak, ayolah, bapak kirim saja seorang guru untuk ikutan lomba. Ajang bergengsi nih. Peluangnya ada dua, jikapun tidak menang, kita akan tahu kemampuan teman-teman diluar sana" ucapku tak ada jeda.
"ya sudah, Bu Eka saja yang ikut". Jawabnya singkat.

"Tapi ini pelajaran bahasa pak, eka mana bisa? Nanti kalau kalah bagaimana?" jawabku.

"la emang Bu Eka pernah menang? Jawab beliau sekenanya.

Ah betul juga, kapan aku menang ikut lomba, eh tapi, memang kapan aku pernah ikut lomba? Ah sudah lah. Aku tak mampu untuk membuju semua orang, lepaskan saja lomba ini.

Beberapa hari kufikirkan matang-matang kalimat suami, kalimat kepala sekolah, dan kata hatiku.

"Assalamualaikum, Bapak Ibu, dikarenakan peserta baru 23 sedangkan kami menyediakan quota 40 peserta, maka dipersilahkan untuk satu sekolah yang ingin mengirimkan dua peserta"

Pesan singkat mendarat di layar Hp. Beberapa sekolah lalu mengirimkan utusannya.

Entah apa yang merasukiku, aku ketik namaku di daftar lomba tersebut. Tanpa pikir panjang, kukirimkan pesan tanda aku mendaftar mengikuti lomba mengajar tingkat SD Se-Provinsi Lampung.

~To be continue~
"

Bahasa Indonesia, Apa Aku Bisa?

Klunting...
Saat Hp berbunyi pertanda ada pesan WA masuk, segera kubuka. 

'Info Lomba Mengajar'

Ada lomba mengajar tingkat SD yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Lampung. Sepertinya asyik kuikuti.

"Hemmm, mana kriteria lombanya ya?" gumamku.

Andai kutanyakan pada kepala sekolah, sepertinya beliau tidak tahu menahu perihal lomba ini. Akhirnya aku tanyakan pada salah satu panitia yang nomornya tercantum di pesan. 

"Assalamualaikum kak, perkenalkan saya eka adinia, mohon maaf mau bertanya perihal lomba mengajar, ketentuannya sperti apa ya? Atau ada linknya?" tanyaku nerocos.

"Wa'alaikumsalam, nanti saya informasikan ya, Mbak" jawabnya singkat.

Setelah bercakap basa basi sebentar, aku menanti info selanjutnya yang katanya akan segera dikirim. 

Aku, seorang guru di sebuah Sekolah Dasar Swasta mengampu mata pelajaran Matematika. Aku suka belajar matematika dengan anak-anak meski nilai mereka jauh dibawah rata-rata. 

Aku mulai memilah-milah, materi apa yang akan aku ikutsertakan dalam lomba. Setelah beberapa waktu, aku memilih materi bangun ruang. 

Klunting,,
Hp bergdering tanda ada pesan WA masuk. 

"Emm, grup lomba mengajar. Kan aku belum daftar" gumamku sendiri.

Pesan WA dari salah satu panitia, memohon memasukkan nomor beberapa calon peserta lomba. Tak berselang lama, beliau mengirimkan juknisnya. 

"Innalillahi, Pelajaran Bahasa Indonesia?, yah, gagal deh ikutan" ucapku lirih.

Aku semakin ciut, tak berani lagi aku turut membalas pesan di grup lomba tersebut. Kuberanikan mengirim pesan tanda kecewaku.

"Assalamualaikum kak, ternyata lombanya khusus untuk pelajaran Bahasa Indonesia to? Maaf, saya mundur" 

"Bukankah guru kelas bisa semua mata pelajaran, Bu? Tidak apa-apa Bu, ikut saja, bisa mengambil tema yang dekat dengan mapel Bahasa Indonesia. Misalnya pantun atau membaca berita" jawab beliau meyakinkanku.

"Selain  substansi, kemampuan guru dalam berbahaaa Indonesia juga menjadi penilaian, Bu" lanjutnya meyakinkanku.

Namun, aku sudah patah semangat. Hanya kubalas dengan ucapan terimakasih. 

Sesampainya di rumah, kutunjukkan pesan singkat serta obrolan grup. Beliaupun berkomentar 

"Memang kenapa kalau Bahasa Indonesia? Ikut saja tidak mengapa, besok saat lomba, bapak sendiri yang akan antar Ibu" support dari sang suami.

~To be continue~

Friday 18 October 2019

Taman Merdeka Kota Metro, Tempat Bersantai

Mencari tempat santai nan sejuk di kota Metro?
Cobalah mengunjungi Taman Merdeka Kota Metro, Lampung. Selain sejuk, letak Taman Kota Metro sangat strategis.

Taman Merdeka Kota Metro bersebelahan langsung dengan Masjid Raya Kota Metro : masjid Taqwa Kota Metro. Sehingga pengunjung tak perlu jauh mencari tempat untuk sholat saat adzan berkumandang.   Selain itu juga, Taman Merdeka Kota Metro bersebalahan dengan pusat memerintahan kota Metro yaitu sebelah selatan dengan Rumah dinas Ketua DPRD Kota Metro, sebelah timur bersebelahan dengan Rumah Sakit Ahmad Yani, Bank Lampung, Kodim dan rumah sakit bersalin. Sedangkan sebelah utara berdekatan dengan kantor Bappeda dan Polres Kota Metro.

Ada yang unik di sekeliling Taman, kita bisa melihat plank Asmaul Husna. Sehingga ketika berada di taman ini sangat terasa dekat dengan rasa Religiusnya. Apalagi Masjid terbesar di Kota Metro ini berada pas di depan taman. Sehingga selain untuk tempat santai, Taman Kota Metro bisa dijadikan tempat belajar bagi anak-anak untuk menghafal Asmaul Husna.

Di Taman Merdeka Kota metro, tempatnya begitu asri. Pepohonan begitu menghijau. Selain itu, ada beberapa spot foto yang tak kalah indahnya. Pengunjung disediakan tempat duduk untuk bersantai ria. Dibeberapa tempat juga disediakan WC umum dimana pintu masuknya dibuat patung gajah dan hewan lainnya.

Selain untuk bersantai, dan belajar di Taman ini disediakan jalur tracking untuk jalan kak sehingga cocok untuk jalan santai atau jogging.

Kebersihan Taman pun begitu diperhatikan. Kotak sampah disediakan dibeberapa sudut taman. Meskipun begitu, masih ada beberapa oknum yang kurang bertanggung jawab karena membuang sampah sembarangan serta tak segan mencoret - coret fasilitas yang ada. PR besar bagi kita semua untuk bertanggung jawab menjaga dan merawat lingkungan sekitar.


Wednesday 16 October 2019

Belajar Berbicara

Assalamualaikum wr wb
Kembali lagi bersama aku, si pemula dalam menulis. Aku memang tak pandai menulis, juga tak begitu suka baca. Tapi kalau bicara, aku orang yang paling suka berbicara.

"nggak ngomong mulutnya kecut" (kalau tidak bicara mulutnya asam)

Kalimat yang sering kulontarkan jika ada yang bilang,
"ngomong terus apa nggak capek lo".

Tapi memang ya, kalau sudah bicara sepertinya kosa kata begitu numpuk di kepala yang ingin kukeluarkan semuanya.  Sampai-sampai nuansa pagi saat di sekolah begitu kurang bagiku. Jatah 15 menit selalu kelebihan sampai 25 bahkan 30 menit.
Maafkan aku.

Nah, ada info lomba mengajar nih. Meski jauh ternyata suamiku support. Nanti kuceritakan di sesi selanjutnya in syaa Allah.

Dalam info yang tertera, kita diberi kesempatan untuk mengajar maksimal hanya 10 menit. Ya Allah, dapat apaan tuh cuman 10 menit saja. Biasanya aku bicara lebih dari 30 menit dan ini dibatasi hanya 10 menit. Auto belajar bicara deh akunya.

Malam ini, sampai suaraku radak serak karena bolak-balik belajar bicara. Tetap saja aku melebihi batas waktu. Sudah kubuat range-range apa saja yang akan aku ucapkan, tapi tetap saja tidak bisa kurang atau pas 10 menit.
Apakah teman - teman ada sara

Mulutmu Harimaumu

"Mulutmu Harimaumu". Tentu ungkapan ini tak asing lagi bagi kita semua.

Sebenarnya saya begitu ngeri untuk menulis kali ini. Karena tulisan kita di zaman ini bisa jadi uang, tapi bisa juga jadi penjara. Jika tak hati-hati dalam menulis, bisa jadi tulisan kita membunuh diri sendiri.

Akhir-akhir ini sedang ramainya berita pencopotan jabatan akibat cuitan istri pada seorang pejabat. Yes, hanya sebatas cuitan lewat media sosial. Pun setelah kubaca berulang, tak ada yang salah dengan cuitan tersebut. Namun efeknya luar biasa, sampai dicopot jabatannya.

Oke, disini saya menulis bukan dipihak oposisi maupun dipihak satunya. Saya hanya ingin meluruskan, bahwasanya perkataan kita semua dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Apakah kita tak punya rasa takut sedikitpun??

Atau hati kita yang telah mati?
Entahlah.

Beberapa bulan yang lalu, saat sidang yang katanya ada kecurangan pada proses pemilu, menurut MK semua alat bukti yang berasal dari medsos tidak bisa dijadikan alat bukti hukum, kenapa lantas istri Dandim diperkarakan? Bukankah alat bukti yang dimiliki istri Dandim pun hanya dari medsos?

Ini akan menjadi pertanyaan yang sngat fenonenal saat ini.
Ada apa dengan negriku?
Ada apa dengan para pejabat?
Ada apa dengan para wakil rakyat?

Entahlah, tetap Allah hakim yang seadil-adilnya. Semoga kita terhindar dari siksaNya.

Kemah Wilayah 2 di Way Kambas Lampung

Hari ini, Rabu 16 Oktober 2019 suasana sekolah tampak berbeda.
Ya, sebanyak 20 siswa dan siswi SDIT Wahdatul Ummah Metro diberi amanah untuk mengikuti kemah wilayah yang diadakan di Way Kambas Lampung.

Beberapa siswapun ada yang begitu sedih menyaksikan keberangkatan kemah wilayah kali ini. Ada yang sedih karena belum terpilih untuk mewakili sekolah. Ada yang sedih karena sudah pernah ikut kemah nasional sehingga harus berbagi pengalaman kepada teman yang belum pernah ikut kemah nasional. Ada pula yang sedih karena sudah terpilih, namun tak mendapatkan izin dari orangtuanya.

Meskipun begitu, doa mereka tetap yang terbaik untuk teman-temannya. Pelukan hangatpun saling nendarat, tentu kepada sesama mahrom.

Para wali murid yang anak-anaknya terpilih mewakili sekolah, tampak bahagia melepas kepergian ananda meski sesekali air mata membasahi pipi.
Bagaimana tidak, kurang lebih 4 hari 3 malam mereka takkan berjumpa dengan sang buah hati.

Pukul 07.00 bus berwarna orange memasuki gerbang sekolah kami. Hati anak-anak sudah semakin tak karuan, bahagia iya, sedihpun dikit. Hehehe
Halaman sekolah belum begitu ramai, karena siswa lain sedang melaksanakan sholat duha bersama. Tampak beberapa guru membantu menaikkan barang bawaan anak-anak. Senyum simpul yang terlihat diwajah mereka, mengisyaratkan kebahagiaan yang begitu mendalam.

Pukul 08.00 semua perlengkapan sudah masuk kedalam bus. Anak-anak mendapat pengarahan dan energizer dari Bapak Sarifudin selaku kepala SDIT Wahdatul Ummah.

Usai diberi pengarahan, anak-anak mulai memasuki bus. Sebelum memasuki bus, anak-anak berpamitan kepada ayah bundanya, pelukan hangat kembali mereka dapatkan. Pun diujung barisan para walimurid, tampak beberapa teman ingin memeluk, tanda sayang serta bahagia mengantar kepergian rombongan untuk berjuang dimedan kemah.

Bus perlahan melaju meninggalkan sekolah kami tercinta. Banyak tangan yang melambai-lambai diiringi riuhnya suasana halaman pagi ini. Alhandulillah pukul 09.30 kami mendapat kabar bus sudah sampai di lokasi perkemahan. Semoga kemwil berjalan dengan lancar, anak-anak serta pembina diberi kesehatan. Aamiin

Sunday 13 October 2019

Tidur Siang

"Pulang nak, waktunya tidur siang!".

Ya, pasti diantara kalian dulu sering mendengar panggilan seperti itu. Sama. Akupun juga. Tak jarang, dulu aku pura-pura tidak mendengar panggilan mamak. Sampai-sampain mamak mendatangiku, menyeretku, tanpa bertanya apakah aku ngantuk?

Bagi anak-anak, tidur siang adalah kegiatan yang menyebalkan. Pasalnya mereka sedang asyik bermain dengan temannya, tapi harus pulang karna dipanggil orangtuanya untuk tidur siang.

Sama.
Akupun dulu seperti itu. Masih begitu asyik bermain petak umpat, gobak sodor, gundu, bermain karet dan masih banyak yang lainnya, namun suara mamak membuyarkan permainanku. Akhirnya aku dan teman-teman harus berpisah hanya karna tidur siang.

Namun, setelah dewasa kegiatan tidur siang begitu dinanti-nanti. Tapi apa daya, pekerjaan demi pekerjaan menanti, anakpun menanti untuk diurus. Meski punya balita, saat sang balita tidur siang pikiran sang emak melayang ingin nyetrika, ingin nyuci, ingin beberes dan banyak pekerjaan lainnya yang ingin segera diselesaikan. Akhirnya tidur siang hanya sekedar mimpi tang tak kunjung jadi nyata.

Akan tetapi, sepertinya di zaman yang serba modern ini sudah jarang sekali yang namanya tidur siang. Bagaimana tidak, kurikulum yang ada anak sekolah banyak yang full day bahkan tak jarang yang mondok sehingga aktivitas tidur siang tak lagi banyak yang melakukan. Padahal kita tahu, tidur siang kaya akan manfaat. Entahlah.

Saturday 12 October 2019

Menjadi Youtubers

Apakah kamu ingin menjadi seorang youtuber? Menjadi seorang youtuber tidak segampang yang kita pikirkan.

Jika yang kita lihat Ria Ricis atau Atta Halilintar, kita bakal ngiler diawal. Karena pendapatan yang dia mikiki dari nge-youtub sudah puluhan juta. Belum lagi dari ngendors. 

Aku pernah mencoba menggali informasi tentang youtube. Bagaimana agar kita mendapatkan uang dari youtube dan lain sebagainya. 

Untuk mendapatkan uang dari youtube kita harus melalui berbagai rintangan. Diantaranya kita harus mencapai 1000 subscriber dan 4000 jam tayang. 

Wow...

Saat aku mencoba membuat chanel, maa syaa Allah. Tak mudah. Sungguh. Tak semudah yang kita bayangkan. Untuk mendapat 1 subscriber kita harus promosikan sana sini chanel kita. Promo di dunia nyata maupun di media sosial. Tapi, minat para penonton untuk menekan tombol subscribe itu sedikit. Apalagi jika konten yang kita buat tidak menarik. Pasti tombol subscribe tak akan disentuh. 

Ini baru tantangan 1000 subscriber, bagaimana kalau nanti sudah mencapai 1000 subscribe? . Tentu tantangannya lebih susah, yaitu 4000 jam tayang. 
Boro-boro 4000 jam tayang, ada yang nonton saja sudah alhamdulillah bukan?.

Maka, untuk menjadi seorang youtubers jika kita bukan orang terkenal atau bukan artis. Kita harus sabar dan pelan-pelan. Memulai dari nol itu asyik. Meskipun ada cara untuk mendapatkan subscriber banyak, yaitu dengan membeli akun. Namun yakinlah, sesuatu yang dibangun dari awal akan menuai senyum dikemudian hari. 

Terimakasih, jangan lupa mampir ke chanel youtube ku "Eka Adinia"

Cuitan Ijazah

"Bu Eka, kapan sidiq jari?".
"Bu Eka, ijazah kapan bisa diambil?".

Beberapa pertanyaan seringkali menyapa akhir-akhir ini.

Apakah kamu mengalami hal yang sama?
Ya, menjadi seorang wali kelas VI itu tidaklah mudah. Bukan hanya ketika menghadapi anak-anak yang kuar biasa saat di kelas. Namun di masa akhir perjumpaan dengan merekapun kita masih terlibat.

Saat menjadi wali kelas VI masalah begitu kompleks, dari masalah anak-anak yang sudah mulai puber, atau anak-anak yang sudah mulai berkelahi antar teman, belum lagi masalah sepatu hilang pun menjadi tanggungan wali kelas.

Belum lagi jika ada anak yang memang tidak suka belajar, pun dari kelas bawah sudah minim nilainya namun orangtua berharap nilai maksimal saat ujian. Ya, tentu wali kelas tersebut pusing bukan main.

Menjelang ujian, kerepotan sana sini pastinya. Memikirkan strategi agar anak-anak mudah mengerjakan ujian. Mencocokan data anak dengan KK atau akte. Belum lagi jika ada akte yang tak sinkron dengan KK. Maa syaa Allah.

Kalau di SD tempat kumengabdi, menjelang kelulusan wali kelas mendapat tugas tambahan yaitu nguprak-nguprak anak untuk setoran ujian 2 juz nya.

Alhamdulillah, ucapan syukur tak henti terucap saat mendengar anak-anak diterima di SMP pilihannya.

Nah, padahal sudah berganti jabatan. Tak lagi menjadi wali kelasnya. Namun masih saja pekerjaan menanti.

Apa itu?
Menjawab pertanyaan dari wali murid terkait ijazah.
Aku pernah punya teman yang memang tulisannya begitu bagus. Sehingga beliau pernah menerima job menulis ijazah.
Apa kata beliau?

"Dalam sehari aku hanya mampu menulis 2 lembar ijazah".

What???
Ternyata untuk menulis ijazah butuh ketelitian tingkat akut. Pelan-pelan dan konsentrasi tentunya.
Maka, harapanku sih para wali murid memahami akan keterlambatan penulisan ijazah.

Ah sudah lah. Cuitan unek-unek pribadi.

Menjadi Penulis Tidaklah Mudah

Kukira menjadi penulis itu mudah, apalagi hanya sekedar menjadi bloger.

Ah ternyata tidak.

Menjadi penulis yang profesional tidaklah mudah. Kita harus memperkaya kosa kata, memperbanyak baca dan literasi lainnya. Nyatanya???? Aku belum bisa gila baca.

Akhirnya menulis bagiku menjadi rutinitas saja. Meski intip-intip materi yang selalu muncul per minggu, namum untuk mengaplikasikannya susah sekali.

Pernah ada materi puisi, setelah baca berkali-kali. Ah, puisi sangatlah susah. Sudah kucoba untuk membuka mindset  bahwa puisi mudah, namun tetap saja. Merangkai katanya begitu susah. Mungkin karna aku bukan pujangga seperti lagunya stinki kalau tak salah.

Pernah pula ada tantangan mengubah ending cerita rakyat yang ada. Berimajinasi begitu susah bagiku. Maa syaa Allah.
Kini kusadar, para penulis diluar sana begitu hebat hingga mampu menciptakan buku karya pribadi. Adapula yang masih memiliki karya analogi, tapi bagiku mereka tetap keren.

Semoga aku tetap konsisten menulis meski habya sebatas kisah tak berguna.
Goresan tinta yang kan selalu mengingatkanku pada kisah yang tlah lalu.

Hujan Kunanti

Diujung musim yang menyisakan
Bukit- bukit tak lagi menghijau
Angin menggiring, debu- debu melukis
Kering kerontang dedaun ranting berderit
Menanti tetesan air mata langit menderau

Kemana hujan yang ku rindu?

Mungkinkah kau enggan menemui mereka?
Mereka yang menyukaimu dalam kata
Nyatanya tidak

Mereka tidak benar-benar menanti hujan
Mereka hanya mencari sensasi atau hanya sedang menjual romantisme

Nyatanya, saat hujan turun
Mereka berlindung dibawah payung
Di bawah atap

Bahkan ada dari mereka memaki hujan yang tak kunjung reda
Memaki hujan yang membasahi bajunya
Memaki hujan karna menghambat pekerjaannya

Kita tak kan mengerti hujan

Meski begitu
Tetap kunanti kehadiranmu
Walau turunnya rinai kecil
Mereka senang akan harum hujanmu
Membawa kesejukan riang dalam kalbu

Tuesday 8 October 2019

Bedah Tulisan

Bagaimana perasaanmu, jika tulisan yang kamu buat dibaca oranglain? Apalagi sampai meninggalkan jejak di kolom komentar? Pasti bahagia kan?
Begitu juga dengan aku. Dulu sekali, awal membuat blog kok komentar, disinggahi orang pun tidak.

Tapi, semenjak ikut ODOP maa syaa Allah, beberapa tulisanku sempat dibaca oleh teman-teman. Tak jarang mereka meninggalkan jejak komentar. Selalu yang kutunggu-tunggu krisan nya alias kritik dan saran dari teman-teman.

Tapi apa daya, entah mereka tak mau menyakitiku dengan komentarnya atau enggan berkomentar saja. Kebanyakan komemtarnya 'tulisannya bagus', 'keren', dan masih banyak yang lainnya. Meskipun ada beberapa yang memberi masukan.

Sampai suatu hari aku mendapat giliran untuk dibedah tulisaanya. Senang bukan main, rasanya semua judul ingin kuberikan di grup agar mendapat krisan semua. Namun apa daya, aku hanya boleh memberikan satu link tulisan.

Beberapa hari lalu, kami mendapat materi tentang puisi. Meski sejak dulu aku tak pandai merangkai kata untuk menjadi sebuah puisi, namun aku ingin mencoba. Mencoba membuat puisi berjudul 'Untukmu Imamku'. Alhamdulillah baru tiga komentar namun aku sudah sangat suka.  Beberapa komentar tersebut antara lain,

"dien seharusnya huruf besar" ujar Mbak Linda.

"Aku bingung mau kritik puisi, cuma ya secara awam dibacanya kurang enak, nge gijlug (apa ya bahasa Indonesianya?)" kata Mbak Maftuha.

Nah, aku suka nih sama Mbak Maftuha. Jujur banget. Tapi Mbk Linda tak kalah keren, karena aku diberi kalimat contohnya langsung,

"Maksud mbak nya mungkin diksinya di perkaya lagi. Cari di online kata kata klasik seperti kata mas fadhil lalu di kait kaitkan. Misalnya",

Seismograf iman menandakan getaran yang tak biasa
Menginjaki usia yang semakin merana
Seperti wanita biasa
Inginku punya imam yang membawaku ke surgaNya

Sukanya di ODOP tuh kita dapat banyak materi, belajar dan terus belajar.

Baiklah, terimakasih untuk kakak-kakak, dan semua teman untuk dukungannya. Harapannya aku bisa lebih meningkatkan minat baca agar kosakata yang kumiliki banyak.


Monday 7 October 2019

Rayakan Ulangtahun Berujung Maut

Sejatinya ulang tahun adalah berkurangnya berbagai kenikmatan yang kita peroleh dan semakin dekatnya kita dengan kematian, tapi beberapa orang justru merayakannya dengan pesta meriah. Tak jarang anak usia SD, SMP, SMA bahkan para mahasiswa membuat prank yang membahayakan.

Seperti yang tengah viral, dua mahasiswa UIN meninggal di embung ketika rayakan ulangtahun. Ada lagi kebiasaan ngerjain temannya yang sedang ulang tahun dengan mengikatnya, menyiramnya bahkan parahnya lagi dilempari dengan telur busuk. Sampai, sempat ada yang viral juga bahwa ada seorang siswa yang sedang dikerjain dengan diceplokin telur busuk, alhasil telur busuk tersebut mengenai matanya sehingga mengalami kebutaan. Hal ini dikarenakan bakteri telur busuk masuk ke kornea mata, sehingga kornea tak lagi bekerja.

Tak perlu merayakan ulangtahun dengan kegiatan yang unfaedah. Sikap yang seharusnya dilakukan saat ulang tahun adalah bersikap muhasabah atau introspeksi diri.

Jadikanlah hari ulang tahun sebagai hari untuk merenungi segala kesalahan atau dosa besar  yang pernah kita buat setahun atau beberapa tahun yang lalu. Sebagaimana firman Allah SWT: “

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan orang-orang yang yang mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat dan menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al Ashr: 1-3)

Harapannya, setelah banyak kejadian yang tidak diinginkan. Semakin banyak dari kita yang belajar dari kesalahan. Serta mengambil hikmah dari setiap kejadian.

Sunday 6 October 2019

Saturday 5 October 2019

Untukmu Imamku

Kala usia kian bertambah
Terlintas tanya dalam hati
Siapakah yang Allah pilihkan
Tuk genapkan separuh dien ini

Meski kupercaya akan janji-Nya
Meski janji-Nya tak tersirat
Bahkan tak terikat
Tetap kubisikkan namamu dalam alunan doa

Sampai tiba waktunya
Dia yang mencintaiku
Dan semua kekuranganku
Menjabat erat tangan waliku
Tanda kesiapannya menanggung dosaku

Untukmu Imamku
Kuserahkan segala cintaku
Kuberikan kesetiaanku
Berdua memadu janji satu
Menuju cinta yang abadi
Cinta pada Robb semesta alam

Sambut cintaku
Sambut kesetiaanku
Juga sambut kekuranganku
Dengan keikhlasanmu

Semoga Allah membimbing kita
Menjadikan cinta kita abadi
Sampai di syurg-Nya nanti

Thursday 3 October 2019

Tips Agar Pagimu Tidak Terburu-buru

Assalamualaikum Smart Mom's. Bagi kita, Mamah muda yang setiap harinya bekerja di luar rumah. Pernahkah pagimu selalu terburu-buru? Atau bahkan sering?

Baik, disini akan kuberi tips, bagaimana cara agar pagimu pagiku dan pagi kita semua tetap santuy, slow seperti judul lagu "selow aja".

Aku buat tips ini karena aku pernah mengalami pagi yang begitu buruk menurutku. Aku yang dulu segala sesuatunya disiapkan oleh Ibu, kini harus belajar mandiri mengurus suami dan anak.

Baiklah, berikut tips agar pagi kita tetap santuy.

1. Mencuci Baju di Sore Hari

Baik Smart Mom's mencuci baju salah satu pekerjaan yang sebenarnya tidak menyita waktu banyak jika kita memiliki mesin cuci. Bahkan jika dikerjakan pagi haripun masih bisa disambi memegang pekerjaan lain. Tapi mencu i di sore hari akan sangat membantu pekerjaan pagi kita. Jangan lupa, setelah selesai mencuci dan mengeringkan pakaian, segera hanger cucian kita meski di dalam rumah. Jadi, esok pagi tinggal memindahkan keluar rumah.

2. Cuci perlengkapan dapur malam hari

Smart Mom's, setelah makan malam selesai segeralah mencuci semua perlengkapan dapur. Dari piring, mangkuk, gelas sampai wajan dan panci. Usahakan dapur sudah dalam keadaan bersih kembali.

3. Siapkan sayuran sejak malam hari

Baik Smart Mom's, biasanya ba'da sholat isya aku mengajak suami untuk belanja sayuran yang akan dimasak esok pagi. Jadi saat malam hari, kota sudah menyiapkan sayuran apa saja yang akan dimasak untuk sarapan, juga untuk MPASI bayi kita.

4. Managemen waktu pagi hari

Ini nih yang agak susah dikerjakan. Namun jika management waktu kita pas, in syaa Allah pagi kita akan santai. Contoh, saat akan mulai memasak kita dahulukan MPASI, sambil menanti rebusan MPASI empuk  kita bisa menyiapkan sayuran untuk sarapan. Atau bisa juga memindahkan jemuran ke luar rumah dan lain sebagainya.


Itulah beberapa tips yang bisa dilakukan agar pagi kita tetap santai. Selamat mencoba. Jika ada yang mau menambahkan, silahkan tambahkan di kolom komentar. Terimakasih.

Hutang Tulisan itu Berat

Apakah anda orang yang takut punya hutang? Sayapun iya. Begitu takutnya punya hutang sampai-sampai setiap pengeluaran dan pemasukan kutulis meski hanya jajan sebesar Rp 1000,-. Bukannya pelit atau apalah itu, aku dan suami hanya berusaha menjaga.

Ups, tapi bukan masalah kehidupan hutang uang yang akan kutulis.

Sejak ikut komunitas ODOP, rasanya setiap hari aku dikejar deadline. Dikejar untuk bisa menulis apapun itu, meski per pekan ada satu tantangan yang diberikan.

Pernah aku punya hutang nulis. Bagaimana tidak? Bersamaan dengan menumpuknya agenda sekolah, pekerjaan sekolah, anak juga sedang butuh belaian lembut dari emaknya, setrikaan menumpuk, dan lain sebagainya.

Akhirnya, aktivitas menulis yang biasanya kukerjakan di malam hari ba'da meninabobokan anak jadi terbengkalai. Karena kelelahan, matapun ikut terpejam bersama nyenyaknya tidur sang anak. Setelah diri mencoba membuka mata ternyata sudah hampir subuh. Dengan terpaksa hutang tulisan bukan?

Begitu dengan hari berikutnya, hingga pernah dalam sepekan punya dua hutang tulisan. Percayalah, bayar hutang itu berat.

Hutang tulisan yang kupunya terasa begitu berat. Biasanya dapat ide menulis hanya "makcling" tapi kini, harus menulis tiga judul, dua judul bayar hutang dan satunya tugas hari tersebut.

Mantap sangat rasanya, ide begitu buntu. Akhirnya kukerjakan hingga pukul 23:59, hampir saja telat posting. Alhamdulillah target tercapai. Dan in syaa Allah takkan kuulangi untuk memiliki hutang lagi.

Tulisan unfaedah ini kubuat karena malam ini sedang buntu juga. Seperti tak ada ide yang jalan-jalan di kepalaku.

Baiklah, mohon supportnya untuk aku dan anggota ODOP lainnya, semoga kami istiqomah menulis.

Wednesday 2 October 2019

Beri Kepercayaan pada Anak

Masih tentang sebuah kepercayaan. Bagaimana mungkin seorang Ibu tidak percaya dengan anaknya?. Bagaimana mungkin Ayah pun tak mempercayai anaknya?.

"Bu Lia, apa benar besok pulang ba'da dzuhur? Soalnya kata Andi pulang ba'da dzuhur".

"Bu Lia, apa benar besok libur? Soalnya kata Andi besok libur".

Dua kalimat diatas seringkali mendarat di Hp para walikelas masa kini. Jika kita bandingkan dengan masa lalu yang belum ada Hp, kebanyakan orangtua begitu percaya dengan anak-anaknya. Paling yang dilontarkan oleh orangtua hanya kalimat

"Kenapa Libur?"
'Gurunya rapat bu".

"Kenapa pulang pagi?".
'Gurunya takziah bu".

Selesai masalahnya, tanpa dipertanyakan ulang ke gurunya. Tapi zaman sekarang? Maa syaa Allah, tingkat kepercayaan orangtua ke anaknya begitu minim.
Meskipun tabayyun itu sangat penting.

Dalam hal ini, aku juga tidak bisa menyalahkan orangtuanya. Kenapa?
Dizaman secanggih ini memang susah menemukan orang jujur. Bisa jadi beberapa anak memang ada yang tidak jujur, sering berbohong libur hanya demi bermain game, sering bolos sekolah hanya demi pergi ke warnet dan lain sebagainya.

Tapi pertanyaanya?
Ini anak SD, mungkinkah dia berbohong demi bermain game?. Mungkinkah dia membolos hanya ingin menikmati isi warnet?. Entahlah, sulit dipercaya memang.

Pengalaman ini kujadikan sebagai pelajaran hidup untuk mendidik anak-anakku kelak. Semoga kelak, aku menjadi seorang Ibu yang percaya kepada anak-anakku. Semoga Allah juga memberikan anak-anak yang jujur dan taat pada Robb-Nya, hanya takut kepada Robb-Nya.

Tuesday 1 October 2019

Hilang Berkali-kali

"Mana sepatumu Andi?" Tanya Ibunya saat ia dijemput sepulang sekolah.

"Hilang, bu". Jawab Andi sekenanya.

Mata Ibu Andi tertuju pada teras masjid. Disana ada sebuah sepatu yang entah milik siapa.

"Itu sepatumu Andi, sana diambil dulu"! Perintah Ibu Andi.

"Itu bukan milikku bu".
"Ibu yang membelikanmu sepatu itu, tidak mungkin Ibu salah. Sana ambil sepatunya".

Dengan tubuh yang agak sempoyongan, Andi terpaksa mengambil sepatu itu.
Hari-hari berlalu begitu saja, sampai tiba-tiba bunyi hp berdering di siang hari.

'Assalamualaikum Bu Lia, saya bundanya Mas Bayu mau melaporkan, sepatu anak saya hilang sejak dua hari yang lalu. Kata anak saya, sepatunya diambil sama yang namanya Andi, tapi Andi tidak mengakuinya. Tolong dibantu menyelesaikan masalah ini ya bu". Pinta seorang Ibu diseberang sana.

Kaget bukan kepalang, namun kita tak boleh menuduh seseorang tanpa bukti bukan?
Karna Andi kini sedang terjerat kasus yang lumayan berat di sekolahnya, maka aku laporkan saja kasus ini ke waka kesiswaan. Alhamdulillah direspon dengan cepat. Andi yang suka berkata tidak jujur, berbelit-belit serta tidak merasa bersalah kini mulai terpojok dengan pertanyaan jebakan yang diajukan oleh waka kesiswaan. Lambat laun, Andi mengakui bahwa sepatu tersebut milik Bayu, bukan miliknya. Alhamdulillah, didepan mata wali kelasnya, Andi meminta maaf kepada Bayu seraya mengembalikan sepatu tersebut.

Setelah sepatu dikembalikan, Bayu hanya meletakkannya di rak sepatu. Kemudian Bayu mengikuti pelajaran seperti biasa. Saat pulang sekolah,

"Loh, sepatuku yang tadi dipulangkan sama Andi kemana?".

Akhirnya sepatu Bayu hilang lagi.
Saat Bayu melapor kepadaku, esoknya aku mencurigai Andi. Namun, Andi kini memakai sepatu lain bukan sepatu Bayu. Rasa curigaku berkurang.

'Ah, mungkin sepatunya ada yang nyumputin," pikirku.

Hari-hari berlalu, namun sepatu Bayu tak kunjung ketemu. Ketika hari Jumat, Bayu sontak merasa kaget, ternyata Andi memakai sepatu miliknya.

"Andi, itu kan sepatuku". Kata Bayu.
"Bukan ya, ini sepatu saudaraku". Jawabnya.

Bayu kemudian melaporkan hal tersebut kepadaku. Aku mencoba tenang dan meminta Bayu menjelaskan ciri-ciri sepatu miliknya.

Ternyata benar, sepatu itu milik Bayu. Siang itu, aku menemui walikelas Andi dan melaporkan hal tersebut seraya meminta izin untuk mengambil sepatu tersebut tanpa sepengetahuan Andi, seperti Andi mengambil sepatu itu dari rak sepatu kelas Bayu.

Aku berpesan kepada Bayu, agar sepatunya jangan sampai dikeluarkan dari tas, dan nantinya diletakkan di rumah saja. Jangan sampai dipakai saat sekolah. Baru siang kuambil sepatu tersebut, dan dimasukkan di tas Bayu, sorenya sepatu itu hilang lagi.

Cerita Bayu, sore itu Bayu melaksanakan sholat asar berjamaah. Dia letakkan tas berisi sepatunya di teras masjid. Ternyata, saat Bayu mau pulang sepatu di dalam tasnya tidak ada lagi. Bayu langsung mencurigai Andi.

Keesokan harinya, saat mendapat laporan aku langsung geram. Bisa-bisanya Andi mengambil barang yang bukan miliknya dari dalam tas yang juga bukan miliknya.

Setelah melalui beberapa proses. Akhirnya kita sepakat memanggil orangtua dari Andi. Saat itu yang hadir adalah Ayahnya. Ayah Andi kemudian meminta maaf, dan berjanji akan mengganti sepatu milik Bayu jika belum ketemu.

Ketika Andi dipanggil ke kantor, dan dimintai penjelasan. Andi kemudian berkata jujur. Bahwa sepatu milik Bayu ia sembunyikan dengan alasan 'takut dimarah Ibunya'. Andi tidak mau Ibunya kecewa karena sepatunya hilang lagi.

Namun, setelah kejadian ini Andi langsung mengembalikan sepatu milik Bayu.

Ibu Andi kemudian datang ke sekolah dan memeluk Bu Risna waka kesiswaan kita. Sambil menangis, Ibu Andi berkata,
"Andaikan saya percaya sama anak saya, bahwa itu bukan sepatu miliknya mungkin masalah ini tidak akan terjadi. Maafkan saya bu, karena sepatu milik anak saya mirip seperti sepatu yang kemarin." kata Ibu Andi terbata-bata.

Ibu Andi meminta maaf kepada semua pihak. Kini Andi dan Bayu pun berteman.

RASUL PENYANYANG (By Afif)

Sumber : Muhammad Teladanku   (Tugas menceritakan kembali isi bacaan teks non fiksi) T eman-teman Rasulullah S.A.W sangat tidak menyukai ...