Monday 16 September 2019

Pengalaman Pertama Jadi Seorang Istri

Jumat, 1 september 2017 bertepatan 10 Dzulhijah rasa deg-deg kan, bahagia, juga grogi menjadi satu. 

Jumat pagi aku bersama ika (sahabatku) serta seluruh keluargaku berjalan menuju masjid. Ya, hari itu kami merayakan Hari Raya Qurban. Kami menuju masjid untuk melaksanakan sholat id. Sepulang dari masjid, rumah sudah ramai. Bukan ramai karena silaturahim biasa, tapi ada acara spesial di hari itu. 

Setelah sarapan bersama, aku dan ika menuju kamar untuk dirias. Aku sudah berpesan, kalau aku nggak mau terlalu menor di make up. Kakak tata rias hanya mengangguk. Kamarku berukuran agak sempit, saat itu aku tidak boleh bercermin, kalau kata orang jawa pamali gitu. Ya sudahlah, aku nurut saja. Belum selesai dirias, rombongan calon pengantin sudah datang. Maa shaa Allah, deg deg kannya semakin kenceng. 

Aku tetap duduk di dalam kamar ku. Acara demi acara pun dimulai. Sampai akhirnya acara ijab qabul pun tiba. Prosesi ijab qabul tepat di depan kamarku, meski rasanya aku ingin sekali melihat calon suamiku menjabat tangan bapakku, ingin sekali melihat Bapakku menyerahkan tuan putrinya ke orang lain, namun pintu kamarku masih tertutup rapat. Ah ya sudah lah, aku hanya bisa mendengar kalimat Bapakku menyerahkanku, dan calon suamiku mengucap ikrar menerimaku. Tetes air mata ingin sekali membanjiri pipi ini, hanya dengan sebuah kalimat aku jadi milik orang lain. 

Seharian duduk di pelaminan melelahkan tentunya, garing juga iya. Ngobrol sekenanya, karna belum asyik ngobrol sama dia.

Suara musik masih mengiringi suasana malam pertama aku menjadi seorabg istri. Aku yang hanya keluar masuk, mondar mandir, masih belum percaya ada laki-laki lain di rumahku selain keluargaku. Lambat laun akupun tertidur. 

Tak sadar, suara adzan subuh membangunkanku. 

"Astaghfirullah, biasanya aku bangun sebelum adzan". Kutengok dibelakangku sudah tak ada orang. Aku bergegas lari ke dapur, malunya aku yang bangunnya kesiangan. Hahaha.

Setelah sholat subuh, kulihat dia mulai membersihkan halaman rumah. Aku mengintip dari jendela dapur.

"Itu suaminya dibantuin nyapu, kok malah dilihat" sapa Ibuku.

Aku tersenyum lalu mendekatinya dengan membawa sapu, pelan-pelan kuberkata.

"Mau dibuatkan sarapan apa?"tanyaku.
"Nasi goreng kayaknya enak"  Jawabnya.

Busyet deh, dia menjawab. Padahal aku berharap, jawabannya  nggak usah repot-repot, makan yang ada saja. Eh malah dia menjawab. Padahal aku cuma basa basi karena aku belum bisa masak. Aku yang mendengar itu langsung ke dapur. Sok sibuk, sambil tanya ke Ibu bumbu masak nasi goreng. Setelah sok sibuk, aku suguhkan sepiring nasi goreng untuk suamiku. 

"Hemmmmm enaknya, terimakasih" katanya.

Meski kutersenyu., aku tahu itu pasti bohong, masak iya masakan pertamaku dibilang enak. Pasti keasinan tuh karena groginya.

Singkat cerita, dihari ketiga pernikahan aku diboyong ke rumah mertua. Rasanya saat aku diserahkan ke mertua tu sperti lagi dibuang ke rumah orang. Nyesek banget. Dirumah mertua hanya ada suami, bapak dan ibu mertuaku. Malamnya aku nangis sesegukan, tanpa dia tahu tapi ya. Nangisnya tu ngrasa, kok tega ya orang tuaku membuangku. Hahahaha

Hari pertama di rumah mertua, aku bangun jam 03.00 pagi. Setelah sholat, aku mulai masak. Bermodalkan mbah google akhirnya beberapa masakan tersaji, semua serba pedas. Jelang sholat subuh saat mertua bangun semua, semua pekerjaan sudah beres. Tersisa kerjaan jemur baju saja. Menantu keren kan aku? (memuji diri).
Hari itu aku ikut sholat subuh di masjid, usai sholat subuh aku diajak jalan kaki sampai lumayan jauh menurutku. Lelah sih, tapi asyik karena ramai. 

Paginya, karena suamiku seorang petani. Dia pamit ke sawah, karena tak terbiasa sarapan, dia ke sawah sebelum sarapan. Aku malu untuk sarapan. Kutunggunya sampai pulang dari sawah, perut rasanya melilit kelaparan padahal hidangan makanan sudah tersedia. 
Dia pulang pukul 10.00 pagi, langaung kuajak sarapan karena sudah sangat lapar.

Hari-hari berlalu begitu saja karena aku sedang cuti dari pekerjaanku. Dihari kelima aku dirumah mertua, aku bilang ke suami.

"Mas, setiap aku masak kok nggak pernah habis sayurnya, apa tidak enak? Tanyaku.

Dia tersenyum dan menjawab.
"Enak kok sayang, cuman bapak sama mamak enggak  makan pedas, karena ada masalah di lambung" jawabnya.

"Jadi yang makan masakanku dari kemarin cuman mas seorang? Tanyaku penasaran.
"Iya betul". Jawabnya

Yaa Allah, rasanya pengen guling-guling di lapangan. Kan aku maunya masakin mertua juga, ternyata tidak makan pedas. Semua masakan aku masak dengan begitu pedas.

Masa cutikupun habis, saatnya aku ke sekolah lagi untuk mendidik anak bangsa. Kebetulan di sekolahku mengadakan study tour khusus untuk guru-gurunya. Kita akan berkunjung ke bandung, ke pondok Aa' Gym. Baru 21 hari menikah aku akan pergi jalan-jalan sendiri??????
Padahal pengennya honey moon berdua gitu. Tanggal 22 September bertepatan 22 hari aku menikah, aku pergi ke bandung bersama teman-teman.

*bersambung*

No comments:

Post a Comment

RASUL PENYANYANG (By Afif)

Sumber : Muhammad Teladanku   (Tugas menceritakan kembali isi bacaan teks non fiksi) T eman-teman Rasulullah S.A.W sangat tidak menyukai ...