Wednesday 18 September 2019

Adu Mulut dengan Bu Bidan

Salah satu tujuan menikah memang mendapatkan keturunan. Andaikan Allah beri kita amanah lebih cepat, kita patut bersyukur begitu sebaliknya. Allah tahu apa yang hambaNya butuhkan. Bukankah kita semuavtahu, Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Mendapat amanah hamil diusia pernikahan yang masih satu bulan sangatlah bahagia. Begitu juga denganku dan suami. Namun, saat itu, ada sedikit rasa kecewa saat kudengar jawaban Ibu perihal kehamilanku.
Ibu menjawab 'kok cepat amat?'. Air mata tak terbendung, keluar begitu saja. Aku merasa, mertua tidak suka dengan kehamilanku (ini perasaanku saja).

Ketika suami mengetahui aku kecewa, dia berusaha menenangkanku dengan segala kasih sayangnya. Keesokan harinya, suami mengajakku ke bidan untuk memeriksakan kehamilanku. Sesampainya di bidan,

"Hamil ke berapa bunda?" tanya bu bidan.
"Alhamdulillah pertama bu". Jawabku.

Bu Bidan mewawancaraiku seputar hari terakhur haidh dan yang lainnya. Setelah Bu Bidan memeriksa kehamilanku,

"Alhamdulillah, usia kehamilannya menginjak 6 minggu". Kata Bu Bidan.
"Kok bisa bu?". Tanyaku melotot

Wajar saja aku melotot dan kaget, aku yang tak tahu menahu masalah perhitungan kehamilan, aku yang baru saja menjadi seorang istri dalam hitungan 4 minggu, kok bisa hamil 6 minggu.

"Iya bunda, karna perhitungan kehamilan dihitung dari hari terakhur haidh". Jelas Bu Bidan

"Tapi bu, aku haidh terakhir tanggal 22 Agustus, sebelum menikah. Lalu aku menikah di tanggal 1 September, usia pernikahanku baru 4 minggu, kok bisa hamil 6 minggu, apa aku hamil diluar nikah bu?". Tanyaku nerocos.

"Tidak bunda, memang di dunia kesehatan perhitungan kehamilan dari terakhir haidh nya" Jelasnya kembali.

"Ya tidak masuk akal bu, masak aku belum nikah sudah dihitung hamil?" Tanyaku.

Suamiku hanya tersenyum melihat aku yang tengah berdebat dengan bu bidan.
Setelah dijelaskan panjang lebar, aku mulai faham meski aku tetap tidak terima dengan perhitungan kehamilanku. Suamiku diam saja mendengar penjelasan Bu Bidan. Tapi memang, sebelumnya suamiku ikut menemani hari-hari kehamilan kedua kakaknya. Mungkin suamiku malah lebih faham daripada aku.

Setelah selesai, aku dan suami bertekad untuk diam saja tentang usia kehamilanku. Apa kata orang desa yang awam jika mendengar usia kandunganku 6 minggu padahal menikah baru 4 minggu.

Jadi selama aku liburan ke Bandung kemarin, aku dalam keadaan hami. Padahal aku sudah pecicilan berkuda dan larian kesana kemari. Tapi alhamdulillah hari-hari kulewati dengan suka cita, hari-hari kulewati dengan kasih sayang dari suami tercinta.

Di usia kehamilanku yang masih terbilang muda, aku masih tetap mengajar di sebuah sekolah swasta. Dan dahsyatnya, aku mengajar di lantai 3, maa shaa Allah. Ketika usia kehamilan menginjak minggu ke 8, mual-mual mulai kurasakan.


Bagaimana cerita kelanjutan cerita kehamilanku?
To be continue.
Terimakasih sudah membaca ceritaku.

5 comments:

  1. Aduh untung cuma adu mulut ka.. ditunggu cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  2. Romantika keluarga. Keren kk.. ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  3. Perhitungan kayak itu yang sering disalahgunakan pihak tak bertanggung jawab untuk mengatai orang hamil diluar nikah 🤭

    ReplyDelete

RASUL PENYANYANG (By Afif)

Sumber : Muhammad Teladanku   (Tugas menceritakan kembali isi bacaan teks non fiksi) T eman-teman Rasulullah S.A.W sangat tidak menyukai ...