Wednesday 25 September 2019

Akhirnya Mereka Suka


Lagi-lagi aku diberi amanah untuk menjadi wali kelas 6. Diawal setiap pembukaan belajar matematika, seperti biasa aku selalu bertanya.

         “Siapa saja yang tidak suka dengan matematika di kelas ini? Tolong angkat tangan!”. Tanyaku.

Selalu saja yang menjadi pusat perhatianku mata pelajaran matematika, kenapa tidak, karena setiap kali UASBN yang dikhawatirkan para wali murid maupun guru ya nilai MTK nya.

Sontak mataku terbelalak, karena setelah tangan diangkat, begitu banyak tangan bergentayangan. Benar saja, dari 32 siswaku ada 25 siswa yang tidak suka matematika. PR besar bagiku, karena aku harus mempersiapkan mereka menuju ujian.

Aku teringat dengan salah seorang motivator.
“Buat pelajaran kita salah satu pelajaran yang menyenangkan, agar siswa  membuka hati, membuka pikiran  (open minset bahasa kerennya) sehingga siswa kita akan merasa pelajaran kita sangatlah mudah” 

Pertanyaan demi pertanyaan kulontarkan.
“Maa syaa Allah, kenapa matematika tidak disukai?” tanyaku.

“Dari dulu remedi terus!”
“males bu!
“Matematika pelajaran sulit bu”

Dan masih banyak lagi teriakan mereka.
Otakku mulai melayang, harus kumulai dari mana untuk menjejeli mereka pelajaran kelas 6.
Aku mulai membentuk mereka menjadi 6 kelompok secara acak. Kemudian masing-masing kelompok memilih nama kelompok beserta ketua kelompoknya. Tak lupa kuminta mereka membuat yel-yel kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk membawa kertas spectra, dimana kertas tersebut digunakan untuk menempel bintang bagi siswa atau kelompok yang mendapatkan reward karena tenang, ibadahnya rajin, diskusinya menarik, jawaban tepat, tidak mengganggu temannya saat belajar dan masih banyak yang lainnya.
Suatu hari, aku sengaja memberikan soal matematika yang begitu mudah, agar sebagian besar dari mereka mendapat nilai 100.  Aku yakin, patokan mereka adalah nilai. Kuminta kepada mereka untuk berdiskusi dalam mengerjakannya. Benar saja, saat buku mereka kembali dengan nilai 100 semua, mereka merasa bahagia. Alhamdulillah.

Diwaktu yang lain, aku memberikan soal yang mudah lagi agar mereka mulai suka dengan matematika. Alhamdulillah, apa yang aku pikirkan benar. Sms dan watshap dari orang tua wali murid mulai berdatangan. Mereka berkata, anaknya mulai suka dengan matematika, ada yang bilang belajar denganku asyik, pun ada yang bilang andai semua pelajaran aku yang mengampu. Ah, kalimat begituan membuatku ingin terbang melayang. (sabar eka, ini ujian). Lamunanku kuhentikan, aku mulai tersadar.

“Ah, asyik karna itu fasion ku. Coba aku mengampu pelajaran IPS, pasti garing”.

Pada hari Senin, setelah aku memberikan materi matematika. Aku menantang siswaku.
“Bu guru tantang kalian, bagi 2 orang pertama yang berani menghadap bapak kepala sekolah dan meminta soal matematika materi ini kemudian dia bisa menyelesaikan di hadapan beliau, Bu guru beri uang masing-masing 10 ribu”
Aku menyaksikan sesuatu yang lain di kelasku. Kenapa?
Karena, wajah mereka menunjukkan wajah siap. Sumringah, pertanda meng iyakan tantanganku.

Setelah sholat dzuhur berjamaah, kakiku melangkah ke kantor untuk mengambil secarik kertas penting. Tapi, sesampainya di kantor aku terkejut dengan dua siswaku yang sedang duduk dengan bapak kepala sekolah.

“Mas Nabel, mas Abim, apa yang kalian lakukan di sini?
“Menjawab tantangan bu eka” jawab mereka
Aku kaget, sekaligus bangga dengan mereka. Aku biarkan mereka berbincang-bincang dengan kepala sekolah. Aku tinggalkan mereka berdua di kantor. Ketika kulirik, mereka sudah meninggalkan ruangan kepala sekolah, aku datangi ruangan beliau.
“Assalamualaikum pak”
“Walaikumussalam wr wb ustadzah”
(yaelah, aku merasa tak pantas dengan sebutan itu)
“Emmmmmmmmm pak, dua siswa tadi bisa jawab pertanyaan bapak tidak?”
“Bisa,bisa”
“Terimakasih pak”

Wah, hilang deh uangku, hahahaha. Aku mulai melangkahkan kaki menuju kelas. Baru saja masuk kelas.
“Bu eka, mana janjinya? Aku berani menghadap Bapak kepala sekolah dan bisa menjawab pertanyaan beliau” mereka menagih janjiku.
“Ah yang bener? Bu eka nggak percaya ah”
“Bu eka nih bilang saja gak punya uang” ledek mereka
“Macam-macam (kuambil dompet dan kukeluarkan uang dua puluh ribu”
“Bu, boleh tidak ditukar bintang saja? Kalau duit aku sudah punya banyak bu”.
Wah, padahal kalau duit kan bisa untuk apa saja. Sedangkan bintang hanya secarik kertas bergambar bintang. Untung nih aku, ah pikiran jahatku kubuang, aku harus memiliki pendirian apalagi di depan siswaku.

“Ya tidak boleh to mas, hadiah uang ya uang, tidak boleh diganti bintang”
“Bu, Bu, bintang saja sih, 10 saja gak papa bintangnya”
“bintangnya tidak diperjual belikan ya”
Akhirnya mereka menerima hadiahku. Alhamdulillah kini di kelasku sebagian besar sudah menyukai pelajaran matematika. Semoga seterusnya akan menyukai matematika.


No comments:

Post a Comment

RASUL PENYANYANG (By Afif)

Sumber : Muhammad Teladanku   (Tugas menceritakan kembali isi bacaan teks non fiksi) T eman-teman Rasulullah S.A.W sangat tidak menyukai ...