Wednesday, 18 September 2019

Adu Mulut dengan Bu Bidan

Salah satu tujuan menikah memang mendapatkan keturunan. Andaikan Allah beri kita amanah lebih cepat, kita patut bersyukur begitu sebaliknya. Allah tahu apa yang hambaNya butuhkan. Bukankah kita semuavtahu, Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Mendapat amanah hamil diusia pernikahan yang masih satu bulan sangatlah bahagia. Begitu juga denganku dan suami. Namun, saat itu, ada sedikit rasa kecewa saat kudengar jawaban Ibu perihal kehamilanku.
Ibu menjawab 'kok cepat amat?'. Air mata tak terbendung, keluar begitu saja. Aku merasa, mertua tidak suka dengan kehamilanku (ini perasaanku saja).

Ketika suami mengetahui aku kecewa, dia berusaha menenangkanku dengan segala kasih sayangnya. Keesokan harinya, suami mengajakku ke bidan untuk memeriksakan kehamilanku. Sesampainya di bidan,

"Hamil ke berapa bunda?" tanya bu bidan.
"Alhamdulillah pertama bu". Jawabku.

Bu Bidan mewawancaraiku seputar hari terakhur haidh dan yang lainnya. Setelah Bu Bidan memeriksa kehamilanku,

"Alhamdulillah, usia kehamilannya menginjak 6 minggu". Kata Bu Bidan.
"Kok bisa bu?". Tanyaku melotot

Wajar saja aku melotot dan kaget, aku yang tak tahu menahu masalah perhitungan kehamilan, aku yang baru saja menjadi seorang istri dalam hitungan 4 minggu, kok bisa hamil 6 minggu.

"Iya bunda, karna perhitungan kehamilan dihitung dari hari terakhur haidh". Jelas Bu Bidan

"Tapi bu, aku haidh terakhir tanggal 22 Agustus, sebelum menikah. Lalu aku menikah di tanggal 1 September, usia pernikahanku baru 4 minggu, kok bisa hamil 6 minggu, apa aku hamil diluar nikah bu?". Tanyaku nerocos.

"Tidak bunda, memang di dunia kesehatan perhitungan kehamilan dari terakhir haidh nya" Jelasnya kembali.

"Ya tidak masuk akal bu, masak aku belum nikah sudah dihitung hamil?" Tanyaku.

Suamiku hanya tersenyum melihat aku yang tengah berdebat dengan bu bidan.
Setelah dijelaskan panjang lebar, aku mulai faham meski aku tetap tidak terima dengan perhitungan kehamilanku. Suamiku diam saja mendengar penjelasan Bu Bidan. Tapi memang, sebelumnya suamiku ikut menemani hari-hari kehamilan kedua kakaknya. Mungkin suamiku malah lebih faham daripada aku.

Setelah selesai, aku dan suami bertekad untuk diam saja tentang usia kehamilanku. Apa kata orang desa yang awam jika mendengar usia kandunganku 6 minggu padahal menikah baru 4 minggu.

Jadi selama aku liburan ke Bandung kemarin, aku dalam keadaan hami. Padahal aku sudah pecicilan berkuda dan larian kesana kemari. Tapi alhamdulillah hari-hari kulewati dengan suka cita, hari-hari kulewati dengan kasih sayang dari suami tercinta.

Di usia kehamilanku yang masih terbilang muda, aku masih tetap mengajar di sebuah sekolah swasta. Dan dahsyatnya, aku mengajar di lantai 3, maa shaa Allah. Ketika usia kehamilan menginjak minggu ke 8, mual-mual mulai kurasakan.


Bagaimana cerita kelanjutan cerita kehamilanku?
To be continue.
Terimakasih sudah membaca ceritaku.

Monday, 16 September 2019

Pengantin Baru ke Bandung Sendirian

Tepat di hari ke-22 pernikahan, aku diantar ke sekolah. Suamiku mengantar kepergianku untuk study tour ke Bandung bersama teman-teman. Rasanya ada yang lucu, dulu saat gadis tak ada yang melepas kepergianku jalan-jalan, tak ada yang say good bye. Tapi kali ini ada yang perhatian denganku.

Bus perlahan mulai melaju, suamiku masih menatap kepergianku sampai diantara kita tak lagi bisa saling pandang. Biasanya kalau aku pergi memang sering lihat Hp untuk posting sesuatu di medsos, tapi kali ini lihat Hp hanya untuk melihat pesan darinya.

Hari-hari begitu menyenangkan. Liburan bersama teman-teman rasa lelahpun hilang. Banyak sekali pengalaman di Bandung, dari bermain di pemandian air panas, berkuda, memanah, dan yang lainnya. Sampai akhirnya kita menginap di DPU DT Bandung. Malam itu kami diberi tahu bahwa aa' gym sedang ada urusan penting di Jakarta. Ah, ya sudahlah. Belum rizqinya ketemu aa' gym.

Paginya, setelah sholat subuh berjamaah, kita dikejutkan dengan hadirnya aa' gym di tengah-tengah kita. Ternyata, aa' gym menyempatkan pulang ke Bandung. Maa shaa allah walhandulillah. Setelah kajian, dilanjutkan dengan acara foto bersama aa' gym. Bagi yang membawa suami, atau keluarganya bisa foto bersama. Sedihnya diriku yang tak bersama suami. Ah, dibuat enjoy saja.

Paginya, sebelum pulang. Kita mengikuti kajian dari Teh Ninih. Maa shaa allah, lembutnya beliau dalam bertutur kata. Semoga dipertemukan kembali di lain waktu.

Setelah selesai acara demi acara, kita pulang menuju Lampung tercinta. Singkat cerita, pada tanggal 28 September kita sudah sampai di Lampung. Alhamdulillah suami menjemputku di sekolah. Diperjalanan, aku cerita bak kicauan burung camar. Mungkin dia lelah mendengarnya, tapi tak kuhirauan.

Keesokan harinya, suami heran. Dalam waktu sebulan kok istrinya sholat terus, bukannya ada masa seorang wanita tidak sholat?
Perlahan dia mendekatiku dan bertanya.

"Sebulan ini tidak haidh dek?
"Belum saja mas" jawabku.
"Memang biasanya tanggal berapa?
"Tanggal 22 sih, tapi biasanya mundur semingguan kok." Jawabku lagi.
"Tapi ini sudah tanggal 28 dek, coba nanti beli tespack yah". Jawabnya sambil tersenyum

Ah, masak sih aku hamil? Kalau beneran aku hamil, aku kan masih pengen jalan-jalan berdua. Pengen liburan berdua, ke pantai berdua, makan bakso berdua. Lagian aku nggak ngrasa mual kok.

Kuceritakan perihal ini kepada Bu Utari, teman sekantorku. Ah, beliau malah bahagia juga menyarankan beli tespack. Akhirnya aku mampir ke apotek untuk beli tespack. Aku hanya beli sebuah tespack. Karena, katanya tespack bagus di pakai pas pagi hari, aku coba ke kamar mandi untuk memakai tespack. Saat keluar kamar mandi, suami harap-harap cemas.

Dengan tersenyum, aku berkata.

"Garis satu mas". Kataku
"Ah, masak sih? Coba mas lihat." Jawabnya tak percaya.
"Ih, iya benar, garis satu. Kok aneh ya, padahal sudah telat satu minggu".
"Dibilang, aku kan sering telat seminggu. Mas sih tak percaya".

Setelah dia bolak balik itu tespack, dia penasaran. Dia baca deh bungkus tespacknya.

"Yaa Allah dek, kamu kebalik pake tespacknya". Katanya sambil tertawa.
"Ah, masak sih". Sahutku sambil merebut tespacknya.
"Emang adek nggak baca petunjuknya dulu to?
"Enggak, pikirku sudah benar".
"Ya sudah, nanti beli lagi ya". Sarannya.

Aku hanya mengangguk pelan, sambil menutupi wajahku yang sedang malu.
Sesamainya di sekolah, Bu Utari langsung menyambarku dan bertanya hasil tespacknya. Saat kucerita kalau tespacknya terbalik, dia tertawa lepas.

Hari itu, sepulang liqo' aku mampir ke apotek untuk membeli tespack lagi.

Sesampainya di rumah, karena aku sedang berpuasa. Suami minta aku langsung tespack lagi. Aku nurut saja. Suamiku menantiku di depan kamar mandi.

"Sudah belun dek?"

Tidak kujawab karna memang belum ada garis. Setelah muncul, aku tersenyum dan keluar kamar mandi menuju suamiku.

"Ini hasilnya." Kusodorkan hasil tespacknya.

"Alhamdulillah.........". Dia memelukku.

Alhamdulillah hasil tesnya garis merah dua. Suamiku bahagia. Aku malah heran, kenapa aku tidak mual sama sekali?????

*bersambung*

Pengalaman Pertama Jadi Seorang Istri

Jumat, 1 september 2017 bertepatan 10 Dzulhijah rasa deg-deg kan, bahagia, juga grogi menjadi satu. 

Jumat pagi aku bersama ika (sahabatku) serta seluruh keluargaku berjalan menuju masjid. Ya, hari itu kami merayakan Hari Raya Qurban. Kami menuju masjid untuk melaksanakan sholat id. Sepulang dari masjid, rumah sudah ramai. Bukan ramai karena silaturahim biasa, tapi ada acara spesial di hari itu. 

Setelah sarapan bersama, aku dan ika menuju kamar untuk dirias. Aku sudah berpesan, kalau aku nggak mau terlalu menor di make up. Kakak tata rias hanya mengangguk. Kamarku berukuran agak sempit, saat itu aku tidak boleh bercermin, kalau kata orang jawa pamali gitu. Ya sudahlah, aku nurut saja. Belum selesai dirias, rombongan calon pengantin sudah datang. Maa shaa Allah, deg deg kannya semakin kenceng. 

Aku tetap duduk di dalam kamar ku. Acara demi acara pun dimulai. Sampai akhirnya acara ijab qabul pun tiba. Prosesi ijab qabul tepat di depan kamarku, meski rasanya aku ingin sekali melihat calon suamiku menjabat tangan bapakku, ingin sekali melihat Bapakku menyerahkan tuan putrinya ke orang lain, namun pintu kamarku masih tertutup rapat. Ah ya sudah lah, aku hanya bisa mendengar kalimat Bapakku menyerahkanku, dan calon suamiku mengucap ikrar menerimaku. Tetes air mata ingin sekali membanjiri pipi ini, hanya dengan sebuah kalimat aku jadi milik orang lain. 

Seharian duduk di pelaminan melelahkan tentunya, garing juga iya. Ngobrol sekenanya, karna belum asyik ngobrol sama dia.

Suara musik masih mengiringi suasana malam pertama aku menjadi seorabg istri. Aku yang hanya keluar masuk, mondar mandir, masih belum percaya ada laki-laki lain di rumahku selain keluargaku. Lambat laun akupun tertidur. 

Tak sadar, suara adzan subuh membangunkanku. 

"Astaghfirullah, biasanya aku bangun sebelum adzan". Kutengok dibelakangku sudah tak ada orang. Aku bergegas lari ke dapur, malunya aku yang bangunnya kesiangan. Hahaha.

Setelah sholat subuh, kulihat dia mulai membersihkan halaman rumah. Aku mengintip dari jendela dapur.

"Itu suaminya dibantuin nyapu, kok malah dilihat" sapa Ibuku.

Aku tersenyum lalu mendekatinya dengan membawa sapu, pelan-pelan kuberkata.

"Mau dibuatkan sarapan apa?"tanyaku.
"Nasi goreng kayaknya enak"  Jawabnya.

Busyet deh, dia menjawab. Padahal aku berharap, jawabannya  nggak usah repot-repot, makan yang ada saja. Eh malah dia menjawab. Padahal aku cuma basa basi karena aku belum bisa masak. Aku yang mendengar itu langsung ke dapur. Sok sibuk, sambil tanya ke Ibu bumbu masak nasi goreng. Setelah sok sibuk, aku suguhkan sepiring nasi goreng untuk suamiku. 

"Hemmmmm enaknya, terimakasih" katanya.

Meski kutersenyu., aku tahu itu pasti bohong, masak iya masakan pertamaku dibilang enak. Pasti keasinan tuh karena groginya.

Singkat cerita, dihari ketiga pernikahan aku diboyong ke rumah mertua. Rasanya saat aku diserahkan ke mertua tu sperti lagi dibuang ke rumah orang. Nyesek banget. Dirumah mertua hanya ada suami, bapak dan ibu mertuaku. Malamnya aku nangis sesegukan, tanpa dia tahu tapi ya. Nangisnya tu ngrasa, kok tega ya orang tuaku membuangku. Hahahaha

Hari pertama di rumah mertua, aku bangun jam 03.00 pagi. Setelah sholat, aku mulai masak. Bermodalkan mbah google akhirnya beberapa masakan tersaji, semua serba pedas. Jelang sholat subuh saat mertua bangun semua, semua pekerjaan sudah beres. Tersisa kerjaan jemur baju saja. Menantu keren kan aku? (memuji diri).
Hari itu aku ikut sholat subuh di masjid, usai sholat subuh aku diajak jalan kaki sampai lumayan jauh menurutku. Lelah sih, tapi asyik karena ramai. 

Paginya, karena suamiku seorang petani. Dia pamit ke sawah, karena tak terbiasa sarapan, dia ke sawah sebelum sarapan. Aku malu untuk sarapan. Kutunggunya sampai pulang dari sawah, perut rasanya melilit kelaparan padahal hidangan makanan sudah tersedia. 
Dia pulang pukul 10.00 pagi, langaung kuajak sarapan karena sudah sangat lapar.

Hari-hari berlalu begitu saja karena aku sedang cuti dari pekerjaanku. Dihari kelima aku dirumah mertua, aku bilang ke suami.

"Mas, setiap aku masak kok nggak pernah habis sayurnya, apa tidak enak? Tanyaku.

Dia tersenyum dan menjawab.
"Enak kok sayang, cuman bapak sama mamak enggak  makan pedas, karena ada masalah di lambung" jawabnya.

"Jadi yang makan masakanku dari kemarin cuman mas seorang? Tanyaku penasaran.
"Iya betul". Jawabnya

Yaa Allah, rasanya pengen guling-guling di lapangan. Kan aku maunya masakin mertua juga, ternyata tidak makan pedas. Semua masakan aku masak dengan begitu pedas.

Masa cutikupun habis, saatnya aku ke sekolah lagi untuk mendidik anak bangsa. Kebetulan di sekolahku mengadakan study tour khusus untuk guru-gurunya. Kita akan berkunjung ke bandung, ke pondok Aa' Gym. Baru 21 hari menikah aku akan pergi jalan-jalan sendiri??????
Padahal pengennya honey moon berdua gitu. Tanggal 22 September bertepatan 22 hari aku menikah, aku pergi ke bandung bersama teman-teman.

*bersambung*

Sunday, 15 September 2019

Lain Dulu Lain Sekarang

Teringat memory saat masih SD. Meski sudah belasan tahun yang lalu. Jarak sekolah dari rumah hanya 500 meter, sehingga aku dan teman-teman sering ke sekolah berjalan kaki melewati persawahan. Dulu hari-hari begitu menyenangkan.

Meski berangkat sekolah berjalan kaki, tak pernah sekalipun kami mengeluh kelelahan. Bahkan sepulang sekolah, kami masih sempat bermain. Dari bermain lompat karet, main lempar kaleng, main gedrek (baca: engkleng) juga main petak umpat dan yang lainnya. Hal yang paling kami sukai ketika sekolah adalah, pengumuman pulang pagi karena guru rapat, ada hajatan, atau peringatan hari besar.

Saat musin hujan datang, sekolah tetap ramai dikunjungi para siswa. Begitu juga dengan kami, hujan tak menyurutkan semangat kami untuk pergi ke sekolah. Ingat sekali, saat itu orangtuaku tidak memiliki payung atau jas hujan. Sehingga aku ke sekolah berpayungkan pelepah daun pisang atau daun talas. Tak kehabisan akal, agar buku tidak basah, kubungkus buku-buku dengan plastik. Bukan hanya buku, tapi sepatu pun kubungkus dengan plastik. Meski tak jarang kami lebih suka nyeker  (tanpa alas kaki) dan sepatu kami tenteng.

Beda dengan zaman sekarang, banyak siswa yang ke sekolah diantar orangtuanya dengan mengendarai motor bahkan mobil. Meski masih ada yang naik sepeda atau jalan kaki. Namun sudah tak banyak lagi karena ketika kutanya memang jarak rumah ke sekolah yang begitu jauh. Apalagi saat hujan turun, banyak sekali yang ke sekolah diantar dengan mobil. Sehingga jalan di depan sekolah sering macet total saat musim penghujan.

Saturday, 14 September 2019

Awal Nge-Youtube

Assalamualaikum wr wb smart ladies. Ups...
Kali ini aku mau cerita, awal aku nge-youtube.

Hal yang paling kusukai adalah mengabadikan semua kegiatan yang aku ikuti. Baik dalam bentuk video maupun foto. Sampai - sampai medsosku baik fb maupun ig setiap hari ada saja postingan. Misal dalam seharipun tak ada kwgiatan, ada saja yang kuposting. Entah sendallah, daun, pohon, sampai batu yang sedang berdiam diri pun bisa jadi tamu di akun medsosku. (nggak penting banget bukan?)

Dulu, setiap memory hp full, aku pindahkan semua foto dan video yang jumlahnya sudah ribuan itu kedalam notebook kesayanganku. Namun, setelah lima tahun berlalu mungkin notebook kesayanganku mulai lelah. Andai dia bisa bicara, mungkin dia akan berkata "tuan putri, aku lelah. Izinkan aku istirahat selamany". Haha, sayangnya dia tetap diam membisu. Hanya saja, dia ngambek sampai mogok hidup (mati dong).

Alhamdulillah semua video dan fotoku pun tak dapat kubuka lagi. Meski sudah diberi solusi untuk ambil harddisk nya. Tapi kan pake uang yah, nah untuk saat ini lagi belajar ngirit, nabung untuk buat istana bersama buah hati. (mohon doanya)


Akhirnya aku dapat ide, setiap agenda kuabadikan dalam bentuk video. Awalnya aku iseng edit videonya kemudian kuupload di youtube. Subscriber pun berdatangan. Setiap hari subscriber bertambah. Awalnya aku tak begitu faham kegunaan subscriber. Sampai suatu malam aku iseng, buka konten youtube yang membahas penghasilan di youtube. Maa shaa Allah, lumayan juga. Sejak saat itu, smangat nge-youtube ku bertambah. Sampai hari ini, alhamdulillah subscriberku sudah 274. Meski belum sehebat Ria Ricis, tapi aku sudah bangga.


Ok, para pembaca. Plissssss banget, subscribe chanel aku ya. Kalian tinggal ketik akun eka adinia, nanti akan muncul chanelku yang berisi tentang kegiatan sekolah. Bantu aku untuk berkembang ya. Terimakasih.

Gugur atau Bertahan

Aku tidak begitu suka membaca buku. Tapi jangan salah, hampur semua status temanku di medsos dengan lancar aku baca satu per satu. Bahkan status yang unfaedah pun aku tamat membacanya. Sampai pada suatu hari, ada teman yang juga walimuridku posting sebuah tantangan untuk bisa masuk menjadi anggota sebuah komunitas menulis.


Tanpa pikir panjang, tantangan aku ikuti. Entah apa yang ada dalam benakku saat itu, yang jelas aku suka dengan tantangan. Meskipun aku tak tahu nantinya apakah aku bisa istiqomah?
Satu yang ada dalam fikiranku. Maju Nia. Maju........! Dan, taraaa kutuliskan kalimat demi kalimat yang terangkai menjadi sebuah tulisan.

Seminggu setelah tantangan kubuat, Hp pun berdering tanda ada wathsapp masuk. Saat kubuka, alhamdulillah pemberitahuan atas lolosnya aku dalam tantangan itu. Aku masuk disebuah komunitas menulis. Dimana di komunitas tersebut kita diminta untuk menulis setiap harinya, publishing tulisannya di blog masing-masing.


Awal kubaca syarat dan ketentuannya. Oh My God, apa aku bisa? Dengan kegiatanku yang seabrek di sekolah. Berangkat pagi pulang sore, belum lagi ngurus baby yang masih usia 16 bulan. Belum lagi mengerjakan tugas yang lainnya. Tapi bismillah aku coba saja deh.

Dua hari berlalu, aku masih bisa menulis. Namun, sudah ada anggota yang mengundurkan diri. Dihari ketiga pun seperti itu, ada beberapa yang pamit undur diri. Aku jadi takut, takut ikut-ikutan undur diri. Padahal komunitas ODOP begitu positif.
Dihari keempat, aku mencoba menulis. Namun, belum sampai selesai aku menemui jalan buntu. Karena sudah tak ada ide, aku simpan dulu tulisanku. Dan ternyata, sorenya badan ini tak bisa diajak kompromi. Maag ku kambuh, badan lemas. Jangankan menulis, untuk buka hp saja tak sanggup. Akhirnya hutang sebuah tulisan yang sampai saat ini masih tersimpan di draft.


Semalam, ada materi dari tamu di ODOP, dimana malam tadi ada tantangan menulis dengan kata kunci basah, plastik dan macet. Otak ini kuputar, tulisan apa yang bisa kubuat ya?
Saat aku cek grup, astaghfirullah ada dua teman yang mengundurkan diri.
Salah satunya memiliki alasan "takut tidak amanah karena punya baby". Persis banget deh sama aku yang juga takut tidak bisa menulis.


Meskipun begitu, bismillah smoga Allah kuatkan aku dan mampukan aku. Aku akan tetap berjuang, sampai aku yang di suruh left. Ibarat kata, aku mau berjuang sampai aku yang diusir dari rumah onlineku.

Thursday, 12 September 2019

Ice Breaking Mi Chi Kai Seru dan Asyik

Assalamualaikum wr wb smart ladies. Hari ini ngodop hari ke empat. Dimana aku mulai agak buntu dengan ide. Setelah seharian berfikir, akhirnya dapatlah ide. Kali ini aku mau berbagi tentang cara membangkitkan semangat anak-anak belajar di kelas.

Hari ini, cuaca begitu panas. Aku  ada jam mengajar pukul 13.30-15.45. Saat aku mulai memasuki kelas, terlihat wajah kusam anak-anak. Setelah kubaca raut wajah mereka, aku menyadari mereka sangat penat, lelah, serta sudah terkuras habis energinya untuk belajar.


"baik anak-anak, hari ini kita mulai pelajaran matematika dengan bermain terlebih dahulu" ucapku kepada mereka.

Sorak sorai suara mereka memenuhi seisi ruangan.

Aku mulai memberi aba-aba serta menjelaskan tata cara permainan yang akan dimainkan.

Namanya game mi chi kai. Tata cara permainannya adalah:
1. Guru meminta siswa berdiri melingkar.
2. Guru berdiri diantara para siswa.
3. Guru memberikan contoh gerakan. Dalam permainan mi chi kai, guru membuat 4 gerakan. Pertama tangan kanan mengepal, tangan kiri terbuka lalu kepalan dipukulkan ke tangan kiri. Kedua tangan kanan memegang siku. Ketiga memegang kepala. Keempat memegang leher.
4. Permainannya, saat guru mengucap mi chi kai maka guru dan seluruh siswa melakukan salah satu dari empat gerakan yang dicontohkan.
5. Siswa yang gerakannya sama dengan guru maka gugur dari permainan dan dipersilahkan duduk.
6. Lakukan berupang sampai sisa siswa tinggal 2 orang. Adu keduanya sampai ditemukan seorang pemenang.

Permainan ini akan menimbulkan gelak tawa serta keriuhan suasana kelas. Namun, dengan begitu kelas bisa kembali hidup. Dan siswa bisa dikondisikan untuk mulai mengikuti pelajaran.


Bagi kamu yang seorang guru, semoga tulisan ini bermanfaat. Jangan lupa share dan tinggalkan komentar untuk perbaikan penulisan selanjutnya.

Wednesday, 11 September 2019

Kapan Mulai Nulis?

Setiap malam kucoba buka-buka isi grup ODOP. Mencoba membaca kata demi kata yang sudah dirangkai oleh teman-teman. Hingga akhirnya, kutemukan pertanyaan yang diajukan oleh salah satu anggota ODOP.

"Bagaimana mencari ide untuk tulisan kita?
"Bagaimana membagi waktu untuk menulis?


Berbagai jawabanpun bermunculan.

"Pas siang hari kalau dapat ide tulisan, saya masukkan ke sheet Bank Ide yang sudah saya siapkan. Sambil mencatat poin-poin apa yang mau saya sampaikan pada tulisan di note HP/ buku tulis khusus" jawab seseorang.

"Aku bangun jam 3 pagi, paling cepat jam 2 pagi. Lalu kubuka laptop, kumulai baca-baca artikel biar update informasi. Kemudian mulai timbul ide mau menulis tentang apa. Langsung mikirin sedikit kerangkanya. Mulai deh nulis, biasanya selesai sebelum atau sesudah subuh, kemudian diposting" jawab teman lainnya.


Kalau aku kapan?
Bermula memiliki walimurid yang super produktif, aku mulai tertarik di dunia menulis. Karena memang aku suka menulis meski hanya sekedar update status di medsos. Namun, tulisanku jauh dari kata benar menurut KBBI. Tapi ilmu nekatku muncul dengan sendirinya.

Ketika kuucap bismillah aku ikut ODOP, selama 3 hari ini kegiatanku sama saja. Mulai dari pagi, sholat subuh kemudian menyiapkan sarapan dengan seribu tangan yang siap 'nyambi'. Tangan satunya masak, seraya mencuci baju, dan lain-lain. Kemudian memandikan anak, lalu siap ke sekolah. Sampai di sekolah, tidak bisa buka blog, tak bisa pula menemukan ide tulisan.


Pulang sekolah sampai rumah pukul 16.00 waktunya bermain dengan anak, masak, mandiin anak lagi sampai magrib tiba. Kegiatan ba'da magrib sampai isya' pun banyak. Sampailah saatnya ninabooin anak. Setelah anak terlelap, otak mulai bagi tugas. Dari menyiapkan seragam suami, mwnyiapkan masakab esok hari dan tugas dadakan lainnya.

Baru setelah selesai semua, ide menulispun muncul. Langsung saja tulisan kubuat, mengalir dengan sendirinya. Selesai buat langsung di post, kemudian segera setor link. Ini biasanya kukerjakan di pukul 22.00-23.00. Maa shaa Allah. Alhamdulillah Allah masih beri kekuatan lanjut NgOdop sampai hari ketiga. Smoga aku dan teman lainnya bisa lulus dari kelas ODOP ini. Aamiin

Tuesday, 10 September 2019

Saya Pamit

Berawal dari munculnya perintah verifikasi KTP atau NIK untuk aktivasi nomor handphone. Itu sudah lama sekali. Dulu, ketika ada pemberitahuan sebenarnya saya langsung verifikasi kartu handphone saya, namun saat itu selalu gagal. Kurang faham ada kesalahan dimananya. Sampailah saatnya nomor saya bermasalah. 


Saat itu saya sedang hamil besar. Sabtu siang kucoba ke galerynya langsung untuk mengurus kesalahan yang telah terjadi, tapi sayangnya galerynya tutup. Tak tahunya, memang setiap sabtu galery tutup. Dilain kesempatan saya coba ke galerynya lagi, namun maa shaa Allah. Antrean yang begitu panjang terpampang di depan mata. Karena didesak oleh sang waktu untuk segera mendidik anak bangsa, akhirnya aku kembali ke sekolah. Namun, keadaan tak membuat saya menyerah. Dilain kesempatan kucoba kembali ke galery sekali, dua kali, tiga kali namun antrean tetap panjang. Sampai akhirnya kuputuskan "ya sudahlah".


Saat itu, nomor masih bisa digunakan untuk komunikasi via watshapp. Lama kelamaan, sampai saya lahiran dan sekarang usia anak sudah 15 bulan, nomor masih bisa dipakai untuk berkomunikasi. Sampai akhirnya, tepat di tanggal 09-09-2019 (tanggal yang begitu cantik), nomor yang kugunakan untuk komunikasi via watshapp say "good bye". Aplikasi watshapp keluar dengan sendirinya karena ada pembersihan telephone. Otomatis, saya tidak bisa lagi verifikasi nomor.


Sedih yang kualami, sepertinya melebihi sedih ditinggal mantan yah. Ups...... Mantan ya?


Sedih benar-benar sedih. Bagaimana tidak?. Saya seorang wali kelas. Dimana 4 tahun terakhir saya memegang kelas 6 disebuah SD swasta. Dimana, nomor tersebut kugunakan untuk komunikasi masalah ijazah. Bodohnya saya, admin grup tidak kubuat banyak. Hanya diriku seorang, sehingga ketika saya tidak bisa memakai nomornya, komunikasi terputus, grup juga lenyap. Apa yang harus kulakukan? Haruskah kujapri satu per satu?????


Tak kehabisan akal, aku menanti hari selasa. Dimana hari itu, jadwal mengajarku tak begitu full. Ada jeda waktu yang bisa kugunakan untuk ke galery mengurus nomor yang harapannya bisa terselamatkan. 

Dengan penuh harap,hari tersebut kukunjungi galerynya. Sesampainya disana, antrean begitu panjang. Satpam berkata, bisa melayani ba'da dzuhur, sedangkan jam tersebut saatnya aku mengajar. Akhirnya aku pergi ke galery satunya, disana kujelaskan kronologi kejadiannya. Kakak penjaga galert memberikan pengarahan. Setelah nomorku di cek. Kalimat yang keluar dari bibirnya adalah

"mbak, nomor mbak sudah hangus jadi tidak bisa dihidupkan lagi" katanya. 

'tolong lah mbak, itu nomorku sejak lama' pintaku

"mbak, seperti manusia yang sudah meninggal yang tidak bisa hidup lagi, maka kartu mbak pun tak bisa diaktifkan lagi. Sudah hangus"

Sedihnya hari itu, rasanya jika waktu bisa diulang. Ingin sekali aku masuk ke semua grup dan berkata:

"maaf, saya pamit"

Seperti yang dilakukan para artis youtuber's. Bedanya kalau saya memang nyata adanya, kalau mereka....... Entahlah. 

Dan benar saja, jelang magrib saya kirim WA ke banyak wali murid serta teman-teman bahwa nomor saya yang dulu pamit pergi dan tak kan kembali lagi. Kini, akan kumulai lembaran baru bersama nomor baruku. 

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Tolong tinggalkan jejak komentar anda. 

Monday, 9 September 2019

Rizqi Seorang Guru

Saya bahagia menjadi bagian dari keluarga besar SDIT Wahdatul Ummah. Disini saya mendapat banyak rejeki, diantaranya teman yang sholihah, siswa yang juga pandai dalam menghafal Al Qur'an, ilmu yang bermanfaat, dan yang paling kusuka, disini bacaan Al Qur'anku di benarkan. Alhamdulillah, karena rejeki tidak melulu seputar uang kan?

Di SDIT WU ada sebuah peraturan, dimana ketika jelang duha serta sholat dzuhur ada yang namanya silent operation. Apa itu silent operation?
Silent operation adalah operasi diam-diam. Dalam hal ini, seluruh siswa diharapkan tidak berbicara sama sekali, dimulai dari keluar kelas sampai selesai sholat. Jika ada yang melanggarnya, maka siswa tersebut diminta untuk kembali ke kelasnya, mengulang dari keluar kelas, wudhu lagi dan sholatnya diulangi. Tidak terbayangkan kalau kelasnya ada di lantai tiga?
Pasti melelahkan.

Selain itu ada lagi peraturan selanjutnya, semua siswa dan keluarga besar SDIT WU harus meletakkan sandal dalam keadaan terbalik (siap untuk dipakai saat keluar masjid). Peraturan yang sangat bagus diterapkan. Namun, menurut pribadi saya sebaiknya di teras masjid disediakan rak sendal/ sepatu agar terlihat lebih rapih lagi. Karena, bukan hal yang mudah lewat teras masjid tanpa menginjak sendal/ sepatu yang sudah tertata. Apalagi ada kisaran 480 pasang sepatu/sedal yang tergeletak diteras masjid, belum ditambah sendal warga yang juga sholat dzuhur di masjid tersebut. Sudah tentu sulit sekali mengkondisikannnya. Namun, lagi-lagi mencoba mendisiplinkan aiswa tidak harus menunggu rak sepatu kan?

Peraturan lainnya, seluruh warga SDIT WU memasuki masjid dengan menggunakan kaki kanan, dan keluar dengan kaki kiri. Diawal peraturan ini dibuat, ada beberapa guru yang bertugas nge-cek di depan pintu masjid. Selain nge-cek kaki yabg diginakan untuk keluar masuk masjid, guru juga nge-cek doa keluar dan masuk masjid. Maa shaa Allah, tentu mengurangi jatah istirahat guru. Tapi tetap saja, banyak guru yang enjoy dengan hal tersebut karena memang guru-guru di SDIT WU begitu peduli dengan anak-anak meski hal yang paling sepele sekalipun.

Maka, betapa bahagianya saya ketika berada ditengah-tengah para pemburu pahala. Harapan saya pun tidak muluk-muluk, tidak begitu mengharapkan gaji yang melimpah. Harapan utama mwngajar di SD tersebut adalah, ada anak-anak yang menyebut namaku dalam doanya. Ada juga yang kelak bisa membantuku memasuki jannah Nya.

Terimakasih bagi yang sudah membaca. Harap tinggalkan komentar untuk perbaikan tulisan saya.

Monday, 22 April 2019

Trik Jitu Sukses USBN Matematika

Assalamu'alaikum smart ladies, beratkah mendampingi anak jelang USBN? Matematika masih menjadi momok pada sang buah hati?
Berikut saya paparkan jurus ampuh agar anak mudah mengerjakan USBN Matematika selezat makan coklat.

Saya akan jelaskan trik ini dari sudut pandang guru.
Tentunya menjadi guru itu luar biasa. Anak-anak selalu menganggap guru sebagai malaikat tanpa cacat, selalu benar dimata mereka. Bahkan sebagian besar anak-anak lebih percaya kepada guru daripada orangtuanya sendiri.


Smart ladies sudah update kan bahwa USBN sekarang ada esay nya. Hal ini menambah  phobia pada diri anak didik kita. 

Trik agar anak-anak sukses USBN Matematika sebagai berikut:

đź’“Diawal kita menjadi guru matematika, jalin komunikasi dengan wali murid terkait perkembangan anak-anak di sekolah.

đź’“Setelah komunikasi terjalin dengan baik, mulai tanamkan kepada anak bahwa proses lebih penting dari sebuah hasil. Hasil bisa saja salah, tapi prosesnya dijamin benar asal kita faham. Oleh karena itu, biasakan pada anak didik untuk selalu menulis diketahui dan ditanya pada setiap soal matematika.


đź’“Adakan post test untuk mengukur kemampuan anak didik kita, nantinya hasil post test akan kita kelompokkan menjadi kelompok belajar yang menghawatirkan, sedang-sedang, atau yang ada di titik aman.

đź’“Tentukan beberapa anak untuk menjadi asisten kita, tentunya kita juga harus memakai metode belajar "teman sebaya"


đź’“Biasakan anak untuk mengerjakan soal, jangan ragu untuk memberi PR atau tugas. Dari tahun ke tahun, tipe soal untuk USBN sama saja. Semakin sering anak-anak berlatih, maka semakin terbiasa juga mereka menghadapi soal‐soal. Seperti pepatah "bisa karena biasa, maka biasakanlah"


đź’“Fokus pada kalimat "aku pasti bisa". Untuk membantu berhasilnya mewujudkan kalimat ini, tentu sebagai guru kita harus mengajak kerjasama walimurid agak anak-anak dijauhkan dari TV maupun HP saat menjelang USBN. Ketika memang anak-anak butuh hiburan, berikanlah saran kepada walimurid untuk mengajak anak-anak liburan di alam bebas, bukan dengan memberikan HP.


Ok smart ladies, itulah beberapa trik agar USBN berjalan lancar, dan in shaa Allah sukses dengan nilai maksimal.
Tentunya jangan lupa "ketuk pintu langitnya Allah" dengan berdoa serta meminta restu orang tua. Selamat mencoba.

RASUL PENYANYANG (By Afif)

Sumber : Muhammad Teladanku   (Tugas menceritakan kembali isi bacaan teks non fiksi) T eman-teman Rasulullah S.A.W sangat tidak menyukai ...