Sunday, 15 September 2019

Lain Dulu Lain Sekarang

Teringat memory saat masih SD. Meski sudah belasan tahun yang lalu. Jarak sekolah dari rumah hanya 500 meter, sehingga aku dan teman-teman sering ke sekolah berjalan kaki melewati persawahan. Dulu hari-hari begitu menyenangkan.

Meski berangkat sekolah berjalan kaki, tak pernah sekalipun kami mengeluh kelelahan. Bahkan sepulang sekolah, kami masih sempat bermain. Dari bermain lompat karet, main lempar kaleng, main gedrek (baca: engkleng) juga main petak umpat dan yang lainnya. Hal yang paling kami sukai ketika sekolah adalah, pengumuman pulang pagi karena guru rapat, ada hajatan, atau peringatan hari besar.

Saat musin hujan datang, sekolah tetap ramai dikunjungi para siswa. Begitu juga dengan kami, hujan tak menyurutkan semangat kami untuk pergi ke sekolah. Ingat sekali, saat itu orangtuaku tidak memiliki payung atau jas hujan. Sehingga aku ke sekolah berpayungkan pelepah daun pisang atau daun talas. Tak kehabisan akal, agar buku tidak basah, kubungkus buku-buku dengan plastik. Bukan hanya buku, tapi sepatu pun kubungkus dengan plastik. Meski tak jarang kami lebih suka nyeker  (tanpa alas kaki) dan sepatu kami tenteng.

Beda dengan zaman sekarang, banyak siswa yang ke sekolah diantar orangtuanya dengan mengendarai motor bahkan mobil. Meski masih ada yang naik sepeda atau jalan kaki. Namun sudah tak banyak lagi karena ketika kutanya memang jarak rumah ke sekolah yang begitu jauh. Apalagi saat hujan turun, banyak sekali yang ke sekolah diantar dengan mobil. Sehingga jalan di depan sekolah sering macet total saat musim penghujan.

Saturday, 14 September 2019

Awal Nge-Youtube

Assalamualaikum wr wb smart ladies. Ups...
Kali ini aku mau cerita, awal aku nge-youtube.

Hal yang paling kusukai adalah mengabadikan semua kegiatan yang aku ikuti. Baik dalam bentuk video maupun foto. Sampai - sampai medsosku baik fb maupun ig setiap hari ada saja postingan. Misal dalam seharipun tak ada kwgiatan, ada saja yang kuposting. Entah sendallah, daun, pohon, sampai batu yang sedang berdiam diri pun bisa jadi tamu di akun medsosku. (nggak penting banget bukan?)

Dulu, setiap memory hp full, aku pindahkan semua foto dan video yang jumlahnya sudah ribuan itu kedalam notebook kesayanganku. Namun, setelah lima tahun berlalu mungkin notebook kesayanganku mulai lelah. Andai dia bisa bicara, mungkin dia akan berkata "tuan putri, aku lelah. Izinkan aku istirahat selamany". Haha, sayangnya dia tetap diam membisu. Hanya saja, dia ngambek sampai mogok hidup (mati dong).

Alhamdulillah semua video dan fotoku pun tak dapat kubuka lagi. Meski sudah diberi solusi untuk ambil harddisk nya. Tapi kan pake uang yah, nah untuk saat ini lagi belajar ngirit, nabung untuk buat istana bersama buah hati. (mohon doanya)


Akhirnya aku dapat ide, setiap agenda kuabadikan dalam bentuk video. Awalnya aku iseng edit videonya kemudian kuupload di youtube. Subscriber pun berdatangan. Setiap hari subscriber bertambah. Awalnya aku tak begitu faham kegunaan subscriber. Sampai suatu malam aku iseng, buka konten youtube yang membahas penghasilan di youtube. Maa shaa Allah, lumayan juga. Sejak saat itu, smangat nge-youtube ku bertambah. Sampai hari ini, alhamdulillah subscriberku sudah 274. Meski belum sehebat Ria Ricis, tapi aku sudah bangga.


Ok, para pembaca. Plissssss banget, subscribe chanel aku ya. Kalian tinggal ketik akun eka adinia, nanti akan muncul chanelku yang berisi tentang kegiatan sekolah. Bantu aku untuk berkembang ya. Terimakasih.

Gugur atau Bertahan

Aku tidak begitu suka membaca buku. Tapi jangan salah, hampur semua status temanku di medsos dengan lancar aku baca satu per satu. Bahkan status yang unfaedah pun aku tamat membacanya. Sampai pada suatu hari, ada teman yang juga walimuridku posting sebuah tantangan untuk bisa masuk menjadi anggota sebuah komunitas menulis.


Tanpa pikir panjang, tantangan aku ikuti. Entah apa yang ada dalam benakku saat itu, yang jelas aku suka dengan tantangan. Meskipun aku tak tahu nantinya apakah aku bisa istiqomah?
Satu yang ada dalam fikiranku. Maju Nia. Maju........! Dan, taraaa kutuliskan kalimat demi kalimat yang terangkai menjadi sebuah tulisan.

Seminggu setelah tantangan kubuat, Hp pun berdering tanda ada wathsapp masuk. Saat kubuka, alhamdulillah pemberitahuan atas lolosnya aku dalam tantangan itu. Aku masuk disebuah komunitas menulis. Dimana di komunitas tersebut kita diminta untuk menulis setiap harinya, publishing tulisannya di blog masing-masing.


Awal kubaca syarat dan ketentuannya. Oh My God, apa aku bisa? Dengan kegiatanku yang seabrek di sekolah. Berangkat pagi pulang sore, belum lagi ngurus baby yang masih usia 16 bulan. Belum lagi mengerjakan tugas yang lainnya. Tapi bismillah aku coba saja deh.

Dua hari berlalu, aku masih bisa menulis. Namun, sudah ada anggota yang mengundurkan diri. Dihari ketiga pun seperti itu, ada beberapa yang pamit undur diri. Aku jadi takut, takut ikut-ikutan undur diri. Padahal komunitas ODOP begitu positif.
Dihari keempat, aku mencoba menulis. Namun, belum sampai selesai aku menemui jalan buntu. Karena sudah tak ada ide, aku simpan dulu tulisanku. Dan ternyata, sorenya badan ini tak bisa diajak kompromi. Maag ku kambuh, badan lemas. Jangankan menulis, untuk buka hp saja tak sanggup. Akhirnya hutang sebuah tulisan yang sampai saat ini masih tersimpan di draft.


Semalam, ada materi dari tamu di ODOP, dimana malam tadi ada tantangan menulis dengan kata kunci basah, plastik dan macet. Otak ini kuputar, tulisan apa yang bisa kubuat ya?
Saat aku cek grup, astaghfirullah ada dua teman yang mengundurkan diri.
Salah satunya memiliki alasan "takut tidak amanah karena punya baby". Persis banget deh sama aku yang juga takut tidak bisa menulis.


Meskipun begitu, bismillah smoga Allah kuatkan aku dan mampukan aku. Aku akan tetap berjuang, sampai aku yang di suruh left. Ibarat kata, aku mau berjuang sampai aku yang diusir dari rumah onlineku.

Thursday, 12 September 2019

Ice Breaking Mi Chi Kai Seru dan Asyik

Assalamualaikum wr wb smart ladies. Hari ini ngodop hari ke empat. Dimana aku mulai agak buntu dengan ide. Setelah seharian berfikir, akhirnya dapatlah ide. Kali ini aku mau berbagi tentang cara membangkitkan semangat anak-anak belajar di kelas.

Hari ini, cuaca begitu panas. Aku  ada jam mengajar pukul 13.30-15.45. Saat aku mulai memasuki kelas, terlihat wajah kusam anak-anak. Setelah kubaca raut wajah mereka, aku menyadari mereka sangat penat, lelah, serta sudah terkuras habis energinya untuk belajar.


"baik anak-anak, hari ini kita mulai pelajaran matematika dengan bermain terlebih dahulu" ucapku kepada mereka.

Sorak sorai suara mereka memenuhi seisi ruangan.

Aku mulai memberi aba-aba serta menjelaskan tata cara permainan yang akan dimainkan.

Namanya game mi chi kai. Tata cara permainannya adalah:
1. Guru meminta siswa berdiri melingkar.
2. Guru berdiri diantara para siswa.
3. Guru memberikan contoh gerakan. Dalam permainan mi chi kai, guru membuat 4 gerakan. Pertama tangan kanan mengepal, tangan kiri terbuka lalu kepalan dipukulkan ke tangan kiri. Kedua tangan kanan memegang siku. Ketiga memegang kepala. Keempat memegang leher.
4. Permainannya, saat guru mengucap mi chi kai maka guru dan seluruh siswa melakukan salah satu dari empat gerakan yang dicontohkan.
5. Siswa yang gerakannya sama dengan guru maka gugur dari permainan dan dipersilahkan duduk.
6. Lakukan berupang sampai sisa siswa tinggal 2 orang. Adu keduanya sampai ditemukan seorang pemenang.

Permainan ini akan menimbulkan gelak tawa serta keriuhan suasana kelas. Namun, dengan begitu kelas bisa kembali hidup. Dan siswa bisa dikondisikan untuk mulai mengikuti pelajaran.


Bagi kamu yang seorang guru, semoga tulisan ini bermanfaat. Jangan lupa share dan tinggalkan komentar untuk perbaikan penulisan selanjutnya.

Wednesday, 11 September 2019

Kapan Mulai Nulis?

Setiap malam kucoba buka-buka isi grup ODOP. Mencoba membaca kata demi kata yang sudah dirangkai oleh teman-teman. Hingga akhirnya, kutemukan pertanyaan yang diajukan oleh salah satu anggota ODOP.

"Bagaimana mencari ide untuk tulisan kita?
"Bagaimana membagi waktu untuk menulis?


Berbagai jawabanpun bermunculan.

"Pas siang hari kalau dapat ide tulisan, saya masukkan ke sheet Bank Ide yang sudah saya siapkan. Sambil mencatat poin-poin apa yang mau saya sampaikan pada tulisan di note HP/ buku tulis khusus" jawab seseorang.

"Aku bangun jam 3 pagi, paling cepat jam 2 pagi. Lalu kubuka laptop, kumulai baca-baca artikel biar update informasi. Kemudian mulai timbul ide mau menulis tentang apa. Langsung mikirin sedikit kerangkanya. Mulai deh nulis, biasanya selesai sebelum atau sesudah subuh, kemudian diposting" jawab teman lainnya.


Kalau aku kapan?
Bermula memiliki walimurid yang super produktif, aku mulai tertarik di dunia menulis. Karena memang aku suka menulis meski hanya sekedar update status di medsos. Namun, tulisanku jauh dari kata benar menurut KBBI. Tapi ilmu nekatku muncul dengan sendirinya.

Ketika kuucap bismillah aku ikut ODOP, selama 3 hari ini kegiatanku sama saja. Mulai dari pagi, sholat subuh kemudian menyiapkan sarapan dengan seribu tangan yang siap 'nyambi'. Tangan satunya masak, seraya mencuci baju, dan lain-lain. Kemudian memandikan anak, lalu siap ke sekolah. Sampai di sekolah, tidak bisa buka blog, tak bisa pula menemukan ide tulisan.


Pulang sekolah sampai rumah pukul 16.00 waktunya bermain dengan anak, masak, mandiin anak lagi sampai magrib tiba. Kegiatan ba'da magrib sampai isya' pun banyak. Sampailah saatnya ninabooin anak. Setelah anak terlelap, otak mulai bagi tugas. Dari menyiapkan seragam suami, mwnyiapkan masakab esok hari dan tugas dadakan lainnya.

Baru setelah selesai semua, ide menulispun muncul. Langsung saja tulisan kubuat, mengalir dengan sendirinya. Selesai buat langsung di post, kemudian segera setor link. Ini biasanya kukerjakan di pukul 22.00-23.00. Maa shaa Allah. Alhamdulillah Allah masih beri kekuatan lanjut NgOdop sampai hari ketiga. Smoga aku dan teman lainnya bisa lulus dari kelas ODOP ini. Aamiin

Tuesday, 10 September 2019

Saya Pamit

Berawal dari munculnya perintah verifikasi KTP atau NIK untuk aktivasi nomor handphone. Itu sudah lama sekali. Dulu, ketika ada pemberitahuan sebenarnya saya langsung verifikasi kartu handphone saya, namun saat itu selalu gagal. Kurang faham ada kesalahan dimananya. Sampailah saatnya nomor saya bermasalah. 


Saat itu saya sedang hamil besar. Sabtu siang kucoba ke galerynya langsung untuk mengurus kesalahan yang telah terjadi, tapi sayangnya galerynya tutup. Tak tahunya, memang setiap sabtu galery tutup. Dilain kesempatan saya coba ke galerynya lagi, namun maa shaa Allah. Antrean yang begitu panjang terpampang di depan mata. Karena didesak oleh sang waktu untuk segera mendidik anak bangsa, akhirnya aku kembali ke sekolah. Namun, keadaan tak membuat saya menyerah. Dilain kesempatan kucoba kembali ke galery sekali, dua kali, tiga kali namun antrean tetap panjang. Sampai akhirnya kuputuskan "ya sudahlah".


Saat itu, nomor masih bisa digunakan untuk komunikasi via watshapp. Lama kelamaan, sampai saya lahiran dan sekarang usia anak sudah 15 bulan, nomor masih bisa dipakai untuk berkomunikasi. Sampai akhirnya, tepat di tanggal 09-09-2019 (tanggal yang begitu cantik), nomor yang kugunakan untuk komunikasi via watshapp say "good bye". Aplikasi watshapp keluar dengan sendirinya karena ada pembersihan telephone. Otomatis, saya tidak bisa lagi verifikasi nomor.


Sedih yang kualami, sepertinya melebihi sedih ditinggal mantan yah. Ups...... Mantan ya?


Sedih benar-benar sedih. Bagaimana tidak?. Saya seorang wali kelas. Dimana 4 tahun terakhir saya memegang kelas 6 disebuah SD swasta. Dimana, nomor tersebut kugunakan untuk komunikasi masalah ijazah. Bodohnya saya, admin grup tidak kubuat banyak. Hanya diriku seorang, sehingga ketika saya tidak bisa memakai nomornya, komunikasi terputus, grup juga lenyap. Apa yang harus kulakukan? Haruskah kujapri satu per satu?????


Tak kehabisan akal, aku menanti hari selasa. Dimana hari itu, jadwal mengajarku tak begitu full. Ada jeda waktu yang bisa kugunakan untuk ke galery mengurus nomor yang harapannya bisa terselamatkan. 

Dengan penuh harap,hari tersebut kukunjungi galerynya. Sesampainya disana, antrean begitu panjang. Satpam berkata, bisa melayani ba'da dzuhur, sedangkan jam tersebut saatnya aku mengajar. Akhirnya aku pergi ke galery satunya, disana kujelaskan kronologi kejadiannya. Kakak penjaga galert memberikan pengarahan. Setelah nomorku di cek. Kalimat yang keluar dari bibirnya adalah

"mbak, nomor mbak sudah hangus jadi tidak bisa dihidupkan lagi" katanya. 

'tolong lah mbak, itu nomorku sejak lama' pintaku

"mbak, seperti manusia yang sudah meninggal yang tidak bisa hidup lagi, maka kartu mbak pun tak bisa diaktifkan lagi. Sudah hangus"

Sedihnya hari itu, rasanya jika waktu bisa diulang. Ingin sekali aku masuk ke semua grup dan berkata:

"maaf, saya pamit"

Seperti yang dilakukan para artis youtuber's. Bedanya kalau saya memang nyata adanya, kalau mereka....... Entahlah. 

Dan benar saja, jelang magrib saya kirim WA ke banyak wali murid serta teman-teman bahwa nomor saya yang dulu pamit pergi dan tak kan kembali lagi. Kini, akan kumulai lembaran baru bersama nomor baruku. 

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Tolong tinggalkan jejak komentar anda. 

Monday, 9 September 2019

Rizqi Seorang Guru

Saya bahagia menjadi bagian dari keluarga besar SDIT Wahdatul Ummah. Disini saya mendapat banyak rejeki, diantaranya teman yang sholihah, siswa yang juga pandai dalam menghafal Al Qur'an, ilmu yang bermanfaat, dan yang paling kusuka, disini bacaan Al Qur'anku di benarkan. Alhamdulillah, karena rejeki tidak melulu seputar uang kan?

Di SDIT WU ada sebuah peraturan, dimana ketika jelang duha serta sholat dzuhur ada yang namanya silent operation. Apa itu silent operation?
Silent operation adalah operasi diam-diam. Dalam hal ini, seluruh siswa diharapkan tidak berbicara sama sekali, dimulai dari keluar kelas sampai selesai sholat. Jika ada yang melanggarnya, maka siswa tersebut diminta untuk kembali ke kelasnya, mengulang dari keluar kelas, wudhu lagi dan sholatnya diulangi. Tidak terbayangkan kalau kelasnya ada di lantai tiga?
Pasti melelahkan.

Selain itu ada lagi peraturan selanjutnya, semua siswa dan keluarga besar SDIT WU harus meletakkan sandal dalam keadaan terbalik (siap untuk dipakai saat keluar masjid). Peraturan yang sangat bagus diterapkan. Namun, menurut pribadi saya sebaiknya di teras masjid disediakan rak sendal/ sepatu agar terlihat lebih rapih lagi. Karena, bukan hal yang mudah lewat teras masjid tanpa menginjak sendal/ sepatu yang sudah tertata. Apalagi ada kisaran 480 pasang sepatu/sedal yang tergeletak diteras masjid, belum ditambah sendal warga yang juga sholat dzuhur di masjid tersebut. Sudah tentu sulit sekali mengkondisikannnya. Namun, lagi-lagi mencoba mendisiplinkan aiswa tidak harus menunggu rak sepatu kan?

Peraturan lainnya, seluruh warga SDIT WU memasuki masjid dengan menggunakan kaki kanan, dan keluar dengan kaki kiri. Diawal peraturan ini dibuat, ada beberapa guru yang bertugas nge-cek di depan pintu masjid. Selain nge-cek kaki yabg diginakan untuk keluar masuk masjid, guru juga nge-cek doa keluar dan masuk masjid. Maa shaa Allah, tentu mengurangi jatah istirahat guru. Tapi tetap saja, banyak guru yang enjoy dengan hal tersebut karena memang guru-guru di SDIT WU begitu peduli dengan anak-anak meski hal yang paling sepele sekalipun.

Maka, betapa bahagianya saya ketika berada ditengah-tengah para pemburu pahala. Harapan saya pun tidak muluk-muluk, tidak begitu mengharapkan gaji yang melimpah. Harapan utama mwngajar di SD tersebut adalah, ada anak-anak yang menyebut namaku dalam doanya. Ada juga yang kelak bisa membantuku memasuki jannah Nya.

Terimakasih bagi yang sudah membaca. Harap tinggalkan komentar untuk perbaikan tulisan saya.

Monday, 22 April 2019

Trik Jitu Sukses USBN Matematika

Assalamu'alaikum smart ladies, beratkah mendampingi anak jelang USBN? Matematika masih menjadi momok pada sang buah hati?
Berikut saya paparkan jurus ampuh agar anak mudah mengerjakan USBN Matematika selezat makan coklat.

Saya akan jelaskan trik ini dari sudut pandang guru.
Tentunya menjadi guru itu luar biasa. Anak-anak selalu menganggap guru sebagai malaikat tanpa cacat, selalu benar dimata mereka. Bahkan sebagian besar anak-anak lebih percaya kepada guru daripada orangtuanya sendiri.


Smart ladies sudah update kan bahwa USBN sekarang ada esay nya. Hal ini menambah  phobia pada diri anak didik kita. 

Trik agar anak-anak sukses USBN Matematika sebagai berikut:

đź’“Diawal kita menjadi guru matematika, jalin komunikasi dengan wali murid terkait perkembangan anak-anak di sekolah.

đź’“Setelah komunikasi terjalin dengan baik, mulai tanamkan kepada anak bahwa proses lebih penting dari sebuah hasil. Hasil bisa saja salah, tapi prosesnya dijamin benar asal kita faham. Oleh karena itu, biasakan pada anak didik untuk selalu menulis diketahui dan ditanya pada setiap soal matematika.


đź’“Adakan post test untuk mengukur kemampuan anak didik kita, nantinya hasil post test akan kita kelompokkan menjadi kelompok belajar yang menghawatirkan, sedang-sedang, atau yang ada di titik aman.

đź’“Tentukan beberapa anak untuk menjadi asisten kita, tentunya kita juga harus memakai metode belajar "teman sebaya"


đź’“Biasakan anak untuk mengerjakan soal, jangan ragu untuk memberi PR atau tugas. Dari tahun ke tahun, tipe soal untuk USBN sama saja. Semakin sering anak-anak berlatih, maka semakin terbiasa juga mereka menghadapi soal‐soal. Seperti pepatah "bisa karena biasa, maka biasakanlah"


đź’“Fokus pada kalimat "aku pasti bisa". Untuk membantu berhasilnya mewujudkan kalimat ini, tentu sebagai guru kita harus mengajak kerjasama walimurid agak anak-anak dijauhkan dari TV maupun HP saat menjelang USBN. Ketika memang anak-anak butuh hiburan, berikanlah saran kepada walimurid untuk mengajak anak-anak liburan di alam bebas, bukan dengan memberikan HP.


Ok smart ladies, itulah beberapa trik agar USBN berjalan lancar, dan in shaa Allah sukses dengan nilai maksimal.
Tentunya jangan lupa "ketuk pintu langitnya Allah" dengan berdoa serta meminta restu orang tua. Selamat mencoba.

Tuesday, 16 October 2018

Uang atau Bintang


Lagi-lagi aku diberi amanah untuk menjadi wali kelas 6. Tapi kali ini, ada yang menarik. Dikelasku ada seorang anak tuna rungu, namanya Abrisam. Aku tak begitu khawatir, karena aku memiliki shadaw teacher. Pak Wildan namanya.
Seperti biasa, aku paling suka dan paling fokus dengan nilai matematika anak-anak. Mungkin karena aku suka dengan matematika.
Diawal pembukaan belajar matematika, seperti biasa aku selalu bertanya.
“Siapa saja yang tidak suka dengan matematika di kelas ini? Tolong angkat tangan!”. Tanyaku.
Sontak mataku terbelalak, karena setelah tangan diangkat begitu banyak tangan bergentayangan. Benar saja, dari 32 siswaku ada 25 siswa yang tidak suka matematika. PR besar bagiku, karena aku harus mempersiapkan mereka menuju ujian.
Aku teringat dengan salah seorang motivator.
“Buat pelajaran kita salah satu pelajaran yang menyenangkan, agar siswa  membuka hati, membuka pikiran  (open minset bahasa kerennya) sehingga siswa kita akan merasa pelajaran kita sangatlah mudah”
“Maa syaa Allah, kenapa matematika tidak disukai?” tanyaku.
“Dari dulu remedi terus!”
“males bu!
“Matematika pelajaran sulit bu”
Dan masih banyak lagi teriakan mereka.
Otakku mulai melayang, harus kumulai dari mana untuk menjejeli mereka pelajaran kelas 6. Kemudian aku mulai membentuk mereka menjadi 6 kelompok secara acak. Kemudian masing-masing kelompok memilih nama kelompok beserta ketua kelompoknya. Masing-masing kelompok diminta untuk membawa kertas spectra, dimana kertas tersebut digunakan untuk menempel bintang bagi siswa atau kelompok yang mendapatkan reward karena tenang, ibadahnya rajin, diskusinya menarik, jawaban tepat, tidak mengganggu temannya saat belajar dan masih banyak yang lainnya.
Perlahan-lahan aku ajak mereka main game matematika “siapa cepat raih angka 20”. Pasti pembaca sudah pernah ya memainkan game seru satu ini. Alhamdulillah tanggapan mereka luar biasa. Mereka antusias untuk mengalahkan temannya, meski belum tau kata kuncinya. Dua jam pelajaran matematika hampir berakhir, namun mereka tetap saja bermain.
Diakhir permainan, pemenangnya harus melawanku. Sorak riuh terdengar karena Eza yang harus melawanku. Jelas saja tetap aku yang menang, karena Eza belum tahu kata kuncinya. 15 menit menjelang ganti pelajaran, kuselipkan nasehat kepada mereka. Bahwasannya, matematika itu pelajaran yang mudah dan menyenangkan.
Keesokan harinya, sebelum memulai pelajaran matematika, aku membawa game seru lagi yang membuat mereka bersemangat. Kali ini, yang bisa memecahkan teka-teki yang kubuat maka kelompoknya mendapatkan sebuah bintang. Dan ternyata kelompok Eza lah yang berhasil memecahkan teka-teki tersebut.
Suatu hari, saya sengaja memberikan soal matematika yang begitu mudah, agar sebagian besar dari mereka mendapat nilai 100. Saya yakin, patokan mereka adalah nilai. Saya minta kepada mereka untuk berdiskusi dalam mengerjakannya. Benar saja, saat buku mereka kembali dengan nilai 100 semua, mereka merasa bahagia. Alhamdulillah.
Diwaktu yang lain, aku memberikan soal yang mudah lagi agar mereka mulai suka dengan matematika. Alhamdulillah, apa yang aku pikirkan benar. Sms dan watshap dari orang tua wali murid mulai berdatangan. Mereka berkata, anaknya mulai suka dengan matematika, ada yang bilang belajar denganku asyik, pun ada yang bilang andai semua pelajaran aku yang mengampu. Ah, kalimat begituan membuatku ingin terbang melayang. (sabar eka, ini ujian). Lamunanku kuhentikan, aku mulai tersadar.
“ah, asyik karna itu fasion ku. Coba aku mengampu pelajaran IPS, pasti garing”
Pada hari Senin, setelah aku memberikan materi matematika. Aku menantang siswaku.
“Bu guru tantang kalian, bagi 2 orang pertama yang berani menghadap bapak kepala sekolah dan meminta soal matematika materi ini kemudian dia bisa menyelesaikan di hadapan beliau, Bu guru beri uang masing-masing 10 ribu”
Aku menyaksikan sesuatu yang lain di kelasku. Kenapa?
Karena, wajah mereka menunjukkan wajah siap. Sumringah, pertanda meng iyakan tantanganku.
Setelah sholat dzuhur berjamaah, kakiku melangkah ke kantor untuk mengambil secarik kertas penting. Tapi, sesampainya dikantor aku terkejut dengan dua siswaku yang sedang duduk dengan bapak kepala sekolah.
“Mas Nabel, mas Abim, apa yang kalian lakukan di sini?
“menjawab tantangan bu eka” jawab mereka
Aku kaget, sekaligus bangga dengan mereka. Aku biarkan mereka berbincang-bincang dengan kepala sekolah. Aku tinggalkan mereka berdua di kantor. Ketika kulirik, mereka sudah meninggalkan ruangan kepala sekolah, aku datangi ruangan beliau.
“Assalamualaikum pak”
“walaikumussalam wr wb ustadzah”
(yaelah, aku merasa tak pantas dengan sebutan itu)
“emmmmmmmmm pak, dua siswa tadi bisa jawab pertanyaan bapak tidak?”
“bisa,bisa”
“terimakasih pak”
Wah, hilang deh uangku, hahahaha. Aku mulai melangkahkan kaki menuju kelas. Baru saja masuk kelas.
“Bu eka, mana janjinya? Aku berani menghadap pak kepala sekolah dan bisa menjawab pertanyaan beliau” mereka menagih janjiku.
“Ah yang bener? Bu eka gak percaya ah”
“Bu eka nih bilang saja gak punya uang” ledek mereka
“macam-macam (kuambil dompet dan kukeluarkan uang dua puluh ribu”
“Bu, boleh tidak ditukar bintang saja? Kalau duit aku sudah punya banyak bu”.
Wah, padahal kalau duit kan bisa untuk apa saja. Sedangkan bintang hanya secarik kertas bergambar bintang. Untung nih aku, ah pikiran jahatku kubuang, aku harus memiliki pendirian apalagi di depan siswaku.
“ya tidak boleh to mas, hadiah uang ya uang, tidak boleh diganti bintang”
“bu, bu, bintang saja sih, 10 saja gak papa bintangnya”
“bintangnya tidak diperjual belikan ya”
Akhirnya mereka menerima hadiahku. Alhamdulillah kini di kelasku sebagian besar sudah menyukai pelajaran matematika. Semoga seterusnya akan menyukai matematika.

Monday, 18 April 2016

Si Dia Mengalihkan Perhatianku



Pagi yang cerah, saat itu hari Sabtu. Aku sedang membereskan kelas untuk persiapan masuk diawal semester baru. Aku seorang guru baru disebuah SD swasta.  Sebelumnya aku hanya  menggantikan salah satu guru yang kebetulan harus pulang kampung.
         
“Assalamu’alaikum, bu, maaf saya mau bertemu dengan Bu Eka. Yang mana ya?
          “Waalaikumsalam, iya saya sendiri Bu. Ada yang bisa saya bantu?

Terlihat seorang wanita cantik sedang menggendong anak kecil yang ternyata adalah si bungsu. Dia menceritakan ketiga anaknya yang salah satunya bernama Isam, berusia 8 tahun dan ia seorang tunarungu. Ibu itu menyampakan bahwa Isam adalah siswa pindahan dari sebuah sekolah swasta di Jawa. Kini Isam akan melanjutkan kelas 2 disekolah tempatku bekerja. Ibu itu menceritakan bahwa Isam akan menjadi salah satu siswa saya. Saya sangat terkejut, dalam hati bertanya-tanya “apa aku bisa?. Kulirik Isam yang sedang bermain kejar-kejaran dengan adiknya seraya berkata dalam hati “Ya Allah, apa ini?baru sebentar aku mencoba menjadi seorang guru, kini aku dihadapkan dengan seorang anak yang tuna rungu. Astaghfirullah. Aku beristighfar tak henti-hentinya.
Ternyata Isam menyadari, bahwa sedari tadi ia kuperhatikan. Dengan tersenyum manis dia memeluk Ibunya.
“Assalamu’alaikum sholih” sapaku dengan nada pelan seraya memegang tangannya.
“Wa’ala i kum sa lam” jawabnya sambil malu-malu.
Ibunya menjelaskan, bahwa sejak kecil ia memang sudah sekolah wicara. Jadi sekarang ia bisa bicara meski terbata-bata bahkan kalimatnya masih terbalik-balik.

Setelah lumayan lama kami berbincang-bincang, Ibunya Isam berpamitan.

          Bagaikan makan buah simalakama. Apa yang harus aku lakukan?. Ditambah lagi saat itu sekolah kami sedang kekurangan lokal. Semua siswa kelas 2 masuk siang, meskipun masuk siang kami tetap masih numpang diruang kelas milik TK. Disana belum ada bangku dan belum ada papan tulis besar. Jadi kami belajar beralaskan tikar dan menggunakan papan tulis mini berukuran 50 x 100 cm.
          Selang satu minggu aku bercengkrama dengan bermacam-macam karakter anak ditambah Isam, setiap malam aku menangis. Ya Allah, cobaan apa ini? Siapa aku hingga aku harus dititipi anak ini? Bagaimana jika aku tak bisa apa-apa?. Sempat aku  membenci kepala sekolah, karena menerima anak itu. Tapi seiring berjalannya waktu, ditambah nasehat dari Ibuku bahwa yang akan membuatku dewasa adalah beragam masalah yang kudapatkan, akhirnya aku sami’na wa atho’na. kuterima dengan segala keikhlasan.
          Dikeheningan malam, disepertiga malam terakhir doa yang kupanjatkan tidak lain hanya memohon kekuatan untuk mendidik mereka terutama Isam.
          Aku mulai menyusun rencana. Apa yang harus kulakukan pada Isam, karena hampir setiap hari dia kuacuhkan. Aku menghubungi orang tuanya. Alhamdulillah Ibunya “welcome” dengan curhatanku. Aku ceritakan bahwa aku tidak bisa mengajari Isam disaat jam belajar, aku minta Isam diantar jam 11.00 siang untuk belajar dulu di perpustakaan. Ibunya lantas bilang padaku.
"Wah,,saya sangat senang jika Ibu ada waktu. berapa biaya tambahannya Bu?

Aku tersenyum, kukatakan padanya.
"Maaf bu, saya bukan membuka les privat untuk Isam. Ini hanya kebetulan saya ada waktu luang. Selain itu, saya merasa malu jika Isam tidak mendapatkan ilmu apapun selama kelas 2"
Setelah hampir lama saya dan Ibunya Isam saling bercerita, akhirnya Ibunya Isam setuju dengan usul dan keinginan saya.
Selain itu, ternyata Isam dirumah juga privat dengan guru lain. Akupun menghubungi guru les nya untuk kumintai keterangan dan perkembangan Isam selama di rumah.
          Alhamdulillah dengan kerjasama bersama Ibunya dan guru lesnya akhirnya sedikit demi sedikit Isam mulai menunjukkan perkembangan belajarnya. Meskipun Ia termasuk siswa yang berkebutuhan khusus, namun semangat belajarnya luar biasa. Dia tak mau kalah dengan tema-temannya. Yang sangat menonjol, dia sangat pandai di pelajaran MTK dan olah raga. Dia sangat suka berhitung. Memang untuk pelajaran membaca dia kurang menguasai, namun bukankah siswa normal lainnya pun sama? Ada yang hanya pandai dalam beberapa bidang pelajaran saja.
          Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak terasa sudah satu tahun Isam bersamaku. Saat – saat yang kucemaskan adalah dia akan naik ke kelas 3, sedangkan aku tak bisa mendampinginya lagi. Aku juga ragu, apakan dia bisa mengikuti pelajaran dikelas selanjutnya? “ah, aku pasrahkan ia pada Allah. Harapanku guru selanjutnya yang akan memegang Isam akan lebih sabar dibandingkan aku. Akan lebih baik dibandingkan aku. Karna aku hanyalah seseorang yang baru belajar menjadi seorang guru.
          Hal yang tak bisa kulupakan adalah saat aku mengajari Isam jika bertemu dengan guru harus mencium tangan dan mengucapkan salam kini anak itu mempraktekannya. Dimanapun dia bertemu denganku, pasti dia lari untuk mengejarku, diraihnya tanganku lalu ia mengucapkan salam seraya mencium tanganku. Selain itu, yang selalu kuingat adalah ketika dia belajar tahfidz bersamaku kemudian ada ayat yang menurutnya susah untuk dihafal, dia akan memejamkan matanya, mendengarkan ketukan-ketukan yang kubuat, kemudian ia mulai menghafal.
Tak terasa air mata ini menetes tatkala mengingatnya. Semoga nanti ia menjadi orang sukses bersama semangatnya yang tak pernah padam.

Sunday, 17 April 2016

Ini Tentang Sinergi Antara Kita

Setelah saya membaca buku Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor oleh Darmansyah, S. T., M. Pd. Didalamnya banyak sekali mengupas berbagai strategi dalam mendidik anak.
mata saya tertuju pada sebuah kalimat "Semangat belajar muncul ketika suasana begitu menyenangkan dan belajar akan efektif bila seseorang dalam keadaan gembira dalam belajar (Dryden & Vos, dalam Darmansyah)

Berulang-ulang kubaca kalimat tersebut, lantas aku berfikir.
"WAW.......amazing.....luar biasa, benar juga. disaat hati peserta didik merasa senang, bahagia, nyaman didukung dengan suasana hati pendidik yang juga tengah merasa gembira dan ikhlas untuk menyalurkan ilmunya, bukan hal yang mustahil pembelajaran akan berlangsung begitu efektif"

Pertanyaan yang timbul dalam benak saya adalah bagaimana caranya?
Ya....bagaimana,,,, bagaimana menciptakan suasana seperti itu?
Pada kenyataanya, pendidik tidak tahu apa yang telah terjadi di rumah sebelum peserta didik berangkat sekolah. Apakah peserta didik berangkat sekolah dalam keadaan bahagia? atau sedih? atau mungkin dia berangkat sekolah dalam keadaan tertekan?
Tertekan karena uang saku mungkin. Tertekan karna membawa bekal dengan lauk yang tidak diminati. Atau bisa jadi, ia tertekan karena sebelum ke sekolah, dirumah sudah dimarah-marah sama orang tua.

Jika memang demikian keadaanya, bagaimana peserta didik akan nyaman belajar di sekolah? bagaimana akan efektif untuk belajar.

Kemungkinan selanjutnya yang mungkin bisa saja terjadi adalah pendidik yang acuh-tak acuh. Pendidik yang dalam hatinya belum mempunyai setitik rasa ikhlas untuk menyalurkan ilmunya, atau malah pendidik yang sedang banyak masalah lalu masalah tersebut dibawa sampai sekolah. Wah, ini yang bahaya. 

Saya rasa, teori Dryden & Vos akan terlaksana jika antara peserta didik dan pendidik sama-sama dalam keadaan bahagia.
Keren juga yah, bahagia.
Menjadi seorang pendidik ya harus ikhlas. Tetap tersenyum manis didepan peserta didik padahal sedang dirundung masalah.
Sebaiknya juga, sebelum berangkat ke sekolah orang tua menjaga suasana hati sang buah hati sehingga dia akan merasa nyaman untuk belajar. In syaa Allah jika antara peserta didik, orang tua, dan pendidik saling bekerja sama untuk senantiasa menjaga suasana hati sehingga Kegiatan Belajar Mengajar berlangsung efektif.

Eka Adinia, S.Pd

RASUL PENYANYANG (By Afif)

Sumber : Muhammad Teladanku   (Tugas menceritakan kembali isi bacaan teks non fiksi) T eman-teman Rasulullah S.A.W sangat tidak menyukai ...