Sunday, 29 September 2019

Ayah

Ayah, saat kau jauh dariku

Hati ini pilu mengenang kebersamaan dengamu
Saat kutanyakan kabarmu
Percayalah, aku tak ada maksud lain
Hanya kabar kesehatanmu yang kutunggu

Maafkan aku,
Dulu nasehatmu kuabaikan
Kata-katamu kupatahkan

Saat ini kusadar
Betapa sesungguhnya kau mencintaiku
Mencintai anak-anakmu

Ayah, bertahanlah sejenak di sana
Dan bila saatnya tiba,kembalillah dengan sejuta cintamu untukku,
Untuk semua anak-anakmu
Tetes air matamu menyayat hatiku
Berjanjilah untuk tidak menangis lagi

Lantunan do'a aku persembahkan untukmu
Aku menyayangimu

Meski kadang kuberfikir caraku salah
Yakinlah bahwa Aku selalu menyayangimu.

Berani Berkata Benar

Dulu sering sekali aku membuat catatan jika aku suntuk. kali ini aku mencoba membuka catatan itu, kutemukan sedikit goresan tinta ini

Bismillah, akan kucoba tulis ulang disini.

Kadang-kadang kita terlalu menjaga hati dan perasaan orang lain, kita takut segala kebenaran yang akan disampaikan akan membuatkan hati sesetengah orang yang ada disekeliling kita akan terluka. Sayangnya kerana terlalu menjaga hati orang lain, kita sebenarnya telah menyebabkan hati orang-orang yang ingin kita jaga itu jadi bertambah terluka apabila kebenaran yang disembunyikan itu akhirnya terbongkar.

Sepahit mana pun kebenaran itu, jadilah orang yang berani menyatakannya. Mungkin dengan keberanian itu, orang-orang yang ada disekeliling kita akan lebih menghargai keikhlasan dan kejujuran kita. Ajarlah jiwa kita agar sentiasa berlapang dada dan sentiasa berani menghadapi setiap kemungkinan yang akan terjadi setelah kebenaran itu dinyatakan. Kita bukanlah manusia yang terlalu sempurna, yang tidak pernah melakukan kesilapan dalam hidup namun setiap kesilapan yang pernah dilakukan haruslah dikaji agar kesilapan-kesilapan itu tidak berulang lagi pada masa-masa akan datang.

Saya tahu, di luar sana ramai yang bertindak menyembunyikan kebenaran dan mereka ini saya percaya bukanlah tidak jujur, tidak ikhlas atau hipokrit tapi mereka pasti punya alasan tersendiri untuk tidak menyatakan kebenaran itu.

Untuk semua, jika anda benar-benar menyayangi dan menghargai persahabatan yang anda jalin dengan sahabat-sahabat anda, beranilah menyatakan kebenaran. Beranilah menegur jika ada salah sikap yang dilakukannya. Tegurlah dengan penuh kasih sayang bukan dengan kritikan dan cemoohan menghina. Persahabatan dan perhubungan yang dibina berlandaskan kasih sayang pasti akan menjadikan sesuatu hubungan itu lebih manis.

Sendalku sayang, Sendalku Malang

Didunia pendidikan zaman sekarang, sepatu hanya digunakan saat berangkat dan pulang sekolah. Baik itu siswanya maupun gurunya sendiri. Karena sedikit banyak sekolah-sekolah sekarang berlantaikan keramik sehingga sepatu hanya sebagai simbol semata.

Seperti di sebuah sekolah swasta yang ada di kotaku. Disekolah tersebut baik guru maupun siswanya sebagian besar membawa sandal sebagai alas kaki saat jam istirahat, jam sholat dzuhur, jam sholat duha maupun jam lainnya.

Sayangnya, seringkali beberapa sendal sering berpindah tempat dengan sendirinya, hilang sebelah bahkan ada yang lenyap tak ada jejaknya. Sebelumnya solusi kami yaitu dengan memberi nama pada sendal milik kami dengan menggunakan sepidol permanen. Namun sayang, kejadian sendal hilangpun masih terulang. Dahsyatnya lagi, sendal warga yang ikut sholat dzuhur berjamaahpun pernah hilang.

Amazing bukan??

Bukan suudzon tapi, kejadian ini ada 2 sebab. Jika bukan siswa yang memakai sendal tanpa izin, berarti gurunya yang ngawur memakai sendal oranglain.

Oleh karena itu, solusi dari kami yaitu dengan mengingat bahwa kebaikan sekecil apapun harus dimulai dari kecil, dimulai dari diri sendiri, dimulai dari sekarang. Nah, kini tak henti-hentinya kami saling mengingatkan bahwa, memakai barang milik oranglain tanpa izin sama dengan mencuri. Maka, biasakan izin sebelum memakai barang milik oranglain termasuk sendal. Jika tidak mampu untuk meminta izin, maka milikilah sendiri barang pribadi tersebut!

Saturday, 28 September 2019

Resensi buku "Yuk, Berhijab! "

Minggu ketiga di komunitas ODOP rasa menyerah dan pasrah mulai melanda.  Bagaimana tidak,  aku yang tidak terlalu suka membaca mendapat tantangan menulis resensi buku. Belum lagi diminggu ini hutang tulisanku ada dua.  Kemudian,  agenda di minggu ini yang harus mengawal anak-anak kemah sangat melelahkan.  Belum lagi bermain bersama baby Arkhan, maa syaa Allah lelah sekali emak.

Namun,  aku tak ingin mundur dari komunitas yang sangat positif ini,  tetap saja cari celah untuk tetap menulis.  Dan kali ini aku ingin menulis resensi buku yang berjudul "Yuk,Berhijab!"

Identitas Buku
Judul buku: Yuk,  Berhijab!
Penulis : Felix Y. Siauw
Penerbit: Alfatih Press
ISBN: 978-602-1799-74-1
Tahun Terbit: 2015
Tebal Halaman: 148 Halaman.

Meskipun judul buku ini Yuk, Berhijab.  Secara tidak langsung,  saat membaca buku ini kita tahu bahwa buku ini menceritakan tentang bagaimana seorang wanita berhijrah.  Kenapa  kukatakan berhijrah?  Karena hampir disetiap bab bukan hanya ajakan untuk berhijab garis kecil.  Namun juga berhijab garis besar.

Di buku ini juga menjelaskan secara rinci bagaimana Islam memuliakan wanita dari aturan berpakaian, menutup aurat sampai bagaimana wanita dihormati dengan hijabnya.

Hijab dalam buku ini,  bukan hanya tentang pakaian maupun jilbab yang harus dikenakan oleh seorang muslimah.  Namun,  sampai hal tabarujpun dibahas.  Bagaimana cara ketika seorang muslimah berjalan di tengah-tengah  kerumunan lelaki sampai  dengan makna "berpakaian tetapi telanjang".

Kelebihan buku
Didalam buku ini ada catatan si Benefiko di setiap akhir bab.  Nah ini nih yang membuat buku ini semakin menarik dibaca.  Di cacatan si Benefiko ditampilkan ilustrasi disertai gambar yang membuat jalannya cerita semakin menarik. Kelebihan lainnya di setiap kalimat banyak yang menggugah ghiroh untuk kita mengikuti ajakan sang penulis untuk berhijrah.

Kekurangan buku
Sebagaimana Allah katakan bahwasanya tidak ada yang sempurna di dunia ini.  Begitu juga dengan buku yang telah terbit.  Karena selera pembaca juga berbeda-beda,  kemungkinan besar kekurangan yang dirasa juga berbeda.  Menurutku kekurangan yang ada di buku ini, arti dari setiap ayat yang dimunculkan menggunakan pena warna merah.  Sedangkan kita tahu,  bahwa pena merah tidak bagus untuk kesehatan mata para pembaca.

Secara garis besar,  buku "Yuk,  Berhijab! sangat recomended untuk dibaca bagi muslimah maupun muslim.  Dari berbagai usia. Kenapa yang muslim juga cocok membaca buku ini?  Sebagai tuntunan untuk membimbing Sang Istri maupun anak perempuannya.

Friday, 27 September 2019

Keluarga Miskin Penerima PKH

Beberapa tahun terakhir pemerintah mengadakan program PKH.
PKH atau Program Keluarga Harapan adalah program perlindungan sosial melalui pemberian uang non tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Mereka yang berhak mendapatkan PKH adalah yang memiliki ibu hamil/nifas/menyusui, dan/atau memiliki anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, dan/atau memiliki anak usia SD dan/atau SMP dan/atau anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.

Menarik sekali ketika membahas kata miskin. Seharusnya pemerintah menuliskan kriteria miskin yang harus menerima bantuan PKH ini. 

Kenapa?

Akhir-akhir ini, salah satu penerima bantuan PKH curhat ke aku. Kebetulan beliau terbilang mampu jika kita hanya melihat dari bentuk rumahnya. Rumah yang sudah mentereng tegak beralaskan keramik. Namun jika kita melihat kedalam, luar biasa maa syaa Allah.  Ternyata rumah yang kini berdiri kokoh, hasil dari iuran anak-anaknya, sawah tak punya, ladang tak punya, hanya sepetak rumah yang ia miliki. 

Kemudian, ada beberapa tetangganya yang kini tengah berebut menginginkan bantuan PKH ini jika ada kesempatan. Mereka mengaku perlu menerima bantuan ini, karena menurut mereka, merekalah yang berhak menerima bantuan tersebut. 

"Rumahku lo masih jelek, kok aku enggak dapat bantuan". Ucap mereka.

Iya, rumah yang dihuni mereka memang belum bagus jika dilihat dari kacamata orang yang tidak bersyukur. Kenapa kubilang tidak bersyukur? Mereka memiliki segalanya, sawah mereka punya, ladang karet mereka punya, tempat tinggal yang layak juga mereka punya. 

Siapa sih yang mau miskin? Pasti tak ada yang mau. Begitu juga Ibu penerima PKH yang tengah curhat masalahnya ke aku. 
Andaikan pemerintah menuliskan kriteria calon penerima PKH mungkin tak ada lagi nyinyir disana sini.

Namun, hidup tanpa nyinyiran tetangga rasanya kurang manis.

Wednesday, 25 September 2019

Akhirnya Mereka Suka


Lagi-lagi aku diberi amanah untuk menjadi wali kelas 6. Diawal setiap pembukaan belajar matematika, seperti biasa aku selalu bertanya.

         “Siapa saja yang tidak suka dengan matematika di kelas ini? Tolong angkat tangan!”. Tanyaku.

Selalu saja yang menjadi pusat perhatianku mata pelajaran matematika, kenapa tidak, karena setiap kali UASBN yang dikhawatirkan para wali murid maupun guru ya nilai MTK nya.

Sontak mataku terbelalak, karena setelah tangan diangkat, begitu banyak tangan bergentayangan. Benar saja, dari 32 siswaku ada 25 siswa yang tidak suka matematika. PR besar bagiku, karena aku harus mempersiapkan mereka menuju ujian.

Aku teringat dengan salah seorang motivator.
“Buat pelajaran kita salah satu pelajaran yang menyenangkan, agar siswa  membuka hati, membuka pikiran  (open minset bahasa kerennya) sehingga siswa kita akan merasa pelajaran kita sangatlah mudah” 

Pertanyaan demi pertanyaan kulontarkan.
“Maa syaa Allah, kenapa matematika tidak disukai?” tanyaku.

“Dari dulu remedi terus!”
“males bu!
“Matematika pelajaran sulit bu”

Dan masih banyak lagi teriakan mereka.
Otakku mulai melayang, harus kumulai dari mana untuk menjejeli mereka pelajaran kelas 6.
Aku mulai membentuk mereka menjadi 6 kelompok secara acak. Kemudian masing-masing kelompok memilih nama kelompok beserta ketua kelompoknya. Tak lupa kuminta mereka membuat yel-yel kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk membawa kertas spectra, dimana kertas tersebut digunakan untuk menempel bintang bagi siswa atau kelompok yang mendapatkan reward karena tenang, ibadahnya rajin, diskusinya menarik, jawaban tepat, tidak mengganggu temannya saat belajar dan masih banyak yang lainnya.
Suatu hari, aku sengaja memberikan soal matematika yang begitu mudah, agar sebagian besar dari mereka mendapat nilai 100.  Aku yakin, patokan mereka adalah nilai. Kuminta kepada mereka untuk berdiskusi dalam mengerjakannya. Benar saja, saat buku mereka kembali dengan nilai 100 semua, mereka merasa bahagia. Alhamdulillah.

Diwaktu yang lain, aku memberikan soal yang mudah lagi agar mereka mulai suka dengan matematika. Alhamdulillah, apa yang aku pikirkan benar. Sms dan watshap dari orang tua wali murid mulai berdatangan. Mereka berkata, anaknya mulai suka dengan matematika, ada yang bilang belajar denganku asyik, pun ada yang bilang andai semua pelajaran aku yang mengampu. Ah, kalimat begituan membuatku ingin terbang melayang. (sabar eka, ini ujian). Lamunanku kuhentikan, aku mulai tersadar.

“Ah, asyik karna itu fasion ku. Coba aku mengampu pelajaran IPS, pasti garing”.

Pada hari Senin, setelah aku memberikan materi matematika. Aku menantang siswaku.
“Bu guru tantang kalian, bagi 2 orang pertama yang berani menghadap bapak kepala sekolah dan meminta soal matematika materi ini kemudian dia bisa menyelesaikan di hadapan beliau, Bu guru beri uang masing-masing 10 ribu”
Aku menyaksikan sesuatu yang lain di kelasku. Kenapa?
Karena, wajah mereka menunjukkan wajah siap. Sumringah, pertanda meng iyakan tantanganku.

Setelah sholat dzuhur berjamaah, kakiku melangkah ke kantor untuk mengambil secarik kertas penting. Tapi, sesampainya di kantor aku terkejut dengan dua siswaku yang sedang duduk dengan bapak kepala sekolah.

“Mas Nabel, mas Abim, apa yang kalian lakukan di sini?
“Menjawab tantangan bu eka” jawab mereka
Aku kaget, sekaligus bangga dengan mereka. Aku biarkan mereka berbincang-bincang dengan kepala sekolah. Aku tinggalkan mereka berdua di kantor. Ketika kulirik, mereka sudah meninggalkan ruangan kepala sekolah, aku datangi ruangan beliau.
“Assalamualaikum pak”
“Walaikumussalam wr wb ustadzah”
(yaelah, aku merasa tak pantas dengan sebutan itu)
“Emmmmmmmmm pak, dua siswa tadi bisa jawab pertanyaan bapak tidak?”
“Bisa,bisa”
“Terimakasih pak”

Wah, hilang deh uangku, hahahaha. Aku mulai melangkahkan kaki menuju kelas. Baru saja masuk kelas.
“Bu eka, mana janjinya? Aku berani menghadap Bapak kepala sekolah dan bisa menjawab pertanyaan beliau” mereka menagih janjiku.
“Ah yang bener? Bu eka nggak percaya ah”
“Bu eka nih bilang saja gak punya uang” ledek mereka
“Macam-macam (kuambil dompet dan kukeluarkan uang dua puluh ribu”
“Bu, boleh tidak ditukar bintang saja? Kalau duit aku sudah punya banyak bu”.
Wah, padahal kalau duit kan bisa untuk apa saja. Sedangkan bintang hanya secarik kertas bergambar bintang. Untung nih aku, ah pikiran jahatku kubuang, aku harus memiliki pendirian apalagi di depan siswaku.

“Ya tidak boleh to mas, hadiah uang ya uang, tidak boleh diganti bintang”
“Bu, Bu, bintang saja sih, 10 saja gak papa bintangnya”
“bintangnya tidak diperjual belikan ya”
Akhirnya mereka menerima hadiahku. Alhamdulillah kini di kelasku sebagian besar sudah menyukai pelajaran matematika. Semoga seterusnya akan menyukai matematika.


Monday, 23 September 2019

Masakan Ibu

"Ibu hamil tidak boleh stres, harus selalu enjoy, jangan sering menangis. In shaa Allah kalau makanan tidak ada pantangan, perbanyak makan sayur". Nasehat Bu Bidan padaku.

Ngomong- ngomong masalah makanan, hal yang paling bikin kangen setelah aku menikah ya masakan Ibu. Aku selalu kangen sama masakan Ibu.

Dulu, ketika masih gadis saat diminta Ibu untuk belajar masak, selalu kujawab
"Tenang bu, ada mbah google yang bisa membantu". Jawabku.

Qadarullah, ketika menikah aku dapat suami yang bertempat tinggal jauh dari signal. Sehingga untuk searchingpun tak bisa. Jangankan searching, untuk menerima telpon saja susah.

Setiap aku kangen sama masakan Ibu, aku telpon Ibu hanya untuk menanyakan resep masakan Ibu. Dari resep opor ayam, sambal ikan asin, pepes sampai tumis jamur. Resep yang Ibu berikan, aku catat untuk bahan contekan saat aku memasak esok hari. Namun, masakanku tak seenak masakan Ibu.

Sampai pada suatu hari, mual dan muntah terus kualami pada usia kehamilan minggu ke 8. Rasanya lidah ini benar-benar sudah kangen dengan pepes buatan Ibu.  Pagi hari sebelum aku berangkat sekolah.

"Mas, nanti sore ke rumah Ibu ya". Pintaku.
"Iya dek, sudah kangen ya?.

Hari semakin cepat berlalu. Ketika suami menjemputku dari sekolah, dijalan hening tak ada sepatah kata dariku maupun darinya. Tiba-tiba

"Dek, nanti enggak ke rumah Ibu dulu ya, soalnya.........."

Belum sempat suamiku menjelaskan alasanya, air mataku langsung membanjiri pipi. Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Meski kata kenapa menyelimuti isi kepala, namun mulut ini tak berhenti berkicau.

"Mas sudah janji tadi pagi, pokoknya ditepati. Aku egak pernah minta apapun kan dari Mas, hanya sekali ini aku minta. Tapi egak dituruti, . ......". Jawabku nerocos

"Iya maaf, maaf sekali. Iya nanti ke rumah Ibu".

Meski suami sudah menjawab iya, namun aku masih saja menangis. Tak rela dengan keberatannya. Dengan segala cara, suami menenangkanku.

Dari dulu aku memang cengeng. Cengeng saat dilarang ini dan itu. Cengeng saat gagal kesini dan kesitu serta masih banyak yang lainnya.

Alhamdulillah sore itu kita jadi pergi ke rumah Ibu. Sesampainya di rumah Ibu, aku dibuatkan pepes sesuai permintaanku.

Nyummiiiiiiiiiii

Alhamdulillah, rasa mual sedikit hilang. Makanan jiga tidak ada yang berbalik arah. Memang masakan Ibu nomor satu.

Terimakasih Ibu.

Saturday, 21 September 2019

Resep Bolu Pisang Pakai Ukuran Sendok

Mudah in shaa Allah

Assalamualaikum Smart Ladies, ceritanya aku punya pisang ambon yang sudah aduhai, lumayan tak sedap jika hanya untuk cuci mulut.
Setelah melihat-lihat resep by bunda @wariprastiti12 via instagram, timbullah keinginan untuk kusulap jadi bolu pisang kukus, meski di resep beliau di open alias di panggang yah.

Nah, karna di resep beliau memakai takaran gram, tapi di rumah tidak ada timbangan. Aku pakai ukuran sendok makan deh.

♥Bahan
💠 4 buah pisang ambon
💠 7 sendok makan gula pasir
💠 7 sendok makan margarin
💠 3 buah telur
💠 1 bungkus vanili
💠 15 sendok makan terigu berprotein rendah

♥Cara membuat
🔰iris sebuah pisang untuk toping.
🔰 kocok dengan mixer telur dan gula putih secara bersamaan. Kocpng hingga mengembang
🔰Cairkan mentega..
🔰Lumatkan 3 buah pisang ambon dengan menggunakan garpu (jangan menggunakan mixer).
🔰 Setelah adonan mengembang, campurkan pisang yang sudah di lumatkan dan tepung terigu. Campurkan juga margarin yang sudah cair dan sebungkus vanili.
🔰 Aduk menggunakan sendok garpu sampai adonan tercampur.
🔰 panaskan panci dengan api sedang.
🔰 masukkan adonan kedalam loyang yang sudah dilumuri dengan mentega.
🔰 beri toping sesuka hati, karena bahan di rumah sedang kosong saya beri toping irisan pisang .
🔰 kukus kurleb 15 menit. Lalu angkat.


Bolu pisang siap dinikmati bersama keluarga. Jangan lupa, sajikan dengan penuh cinta.


Taatnya Seorang Istri kepada Suami

Taat kepada suami adalah salah satu kewajiban seorang istri setelah taat kepada Allah dan Rasulnya.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” [1]
Ada kata seandainya dalam hadist tersebut, artinya bersujud kepada selain Allah tidak diperbolehkan. Namun karena istimewanya seorang suami, sampai-sampai Surga atau Nerakanya seorang istri ada pada Suami. 


Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” [2]
Sebelum menikah, ibuku selalu berpesan. "Kelak, ketika kau menikah. Taatlah pada suamimu. Jangan sekali-kali kamu menentangnya. Sekalipun Ibu meninggal, lalu suamimu tak membolehkanmu mengunjungi Ibu, tetap taatlah pada suamimu".

Rasanya saat itu aku ingin sekali menangis. 

Alhamdulillah Allah pertemukanku dengan lelaki yang luar biasa, yang menghormatiku, menyayangiku dan mencintaiku dengan tulus. 

Dalam reverensi lain dikatakan bahwasanya, ketika seseorang sudah menikah, istri menjadi milik suami tapi suami milik Ibunya. 


Dan Allah Ta’ala berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya.” [An-Nisaa’ : 34]

Footnote:
[1]. Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1159), Ibnu Hibban (no. 1291 – al-Mawaarid) dan al-Baihaqi (VII/291), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Hadits ini diriwayatkan juga dari beberapa Shahabat. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1998).
[2]. Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 1296 al-Mawaarid) dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Shahiih Mawaariduzh Zham’aan (no. 1081).

Reverensi: https://almanhaj.or.id/2080-ketaatan-isteri-kepada-suaminya.html

Mood Menulis Jelek? Tulisan jadi Hambar

Pekan kedua di komunitas ODOP, bad mood mulai menyerbu. Dari kerjaan sekolah yang menumpuk, badan yang kurang fit, anak yang pengen dimanja, kerjaan rumah yang menggunung membuat tubuh ini rasanya ingin istirahat sejenak. 

Mungkin Anda tidak seperti aku yang hanya bisa menulis jika mood sedang bagus-bagusnya. Mungkin Anda penulis spesial yang bisa produktif meskipun diserang berbagai hambatan, termasuk mood menulis yang buruk.

Aku yang baru pemula belajar menulis, rasanya memiliki beban yang berat sekali ketika mood jelek hadir ditengah-tengah kelelahan. Saat suasana hati sedang membaik, aku mampu menghasilkan minimal 2 tulisan dalam sehari, namun jika suasana hati sedang buruk, rasanya untuk mulai menulis saja sudah tak sanggup. 

Padahal, ketika aku cek isi blog ku dan ternyata ada pembaca yang mampir menyempatkan waktunya untuk membaca tulisanku. Rasanya ada kebahagiaan tersendiri. Apalagi para pembaca sampai meninggalkan jejak komentar untuk tulisanku, rasanya seperti ada ghirah tersendiri. Meskipun aku rasa, tulisan yang kubuat hambar, baik saat mood bagus maupun mood jelek. Namun menghayal memiliki banyak pembaca dan penggemar tetap boleh kan? Meskipun kenyataan pahit, alias minimum pembaca.

Tapi, meskipun tulisanku tidak begitu bagus atau bisa dibilang membosankan, aku ingin terus belajar, belajar, dan belajar, berusaha, berusaha, dan terus berusaha.

Thursday, 19 September 2019

Bingung dengan Genre Tulisan

Awas kalau sampai judul tak sama dengan isinya.

Mengapa sih aku menulis?
Menulis memang hobiku sejak lama. Namun hampir seluruh tulisanku berisi cerita semata. Dan kebanyakan cerita tentang kisahku.

Ketika membaca tulisanku, wajar saja jika isi untaian kalimat demi kalimat tidak tersusun rapih bahkan tidak sesuai EYD, karena dulu aku tak begitu suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia.

Diawal aku mengajar, aku mencoba membuat blog untuk mencurahkan semua isi hatiku, semua kegundahanku. Namun hitungan minggu blog itupun lenyap tak bertuan, karena empunya blog tak lagi menulis di sana. Beberapa tahun kemudian, muncul rasa ingin membuat blog kembali. Namun, baru dapat 4 judul tulisan empunya blogpun mandeg karena sok sibuk, juga ide tak lagi muncul dibenaknya.

Sampai tibalah waktu kelahiran anandaku tercinta, seorang wali murid menantangku untuk menuliskan kisah perjuanganku dari masa ngidam dan seterusnya agar memory tetap tersimpan. Namun apa daya, otak ini tak mampu untuk menuliskannya karena tidak terbiasa.

Waktu demi waktupun berlalu, hingga aku diterima di komunitas ODOP ini. Alhamdulillah aku seperti menemukan wadah untuk semangat menulis. Dari awal dipaksa menulis, lalu terpaksa, kini mulai terbiada menulis.

Buat apa aku menulis?
Awalnya prinsipku adalah 'yang penting nulis'. Apapun kutulis di blogku. Berawal dari buku mbak Peggy Melati Sukma, yang menulis tentang dirinya sendiri, dengan bahasa yang ringan dan mudah difahami aku jadi pengen menulis kisah dan pengalaman hidupku. Selain untuk menyimpan kenanganku, harapanku tulisanku ada yang bisa bermanfaat untuk oranglain.

Lantas, muncullah tantangan untuk menuliskan genre tulisan yang tengah kugeluti. Jujur, aku tak sebegitu faham dengan macam-macam genre tulisan. Namun, setelah ada materi tentang fiksi dan non fiksi, aku jadi tahu bahwa tulisanku tergolong kedalam tulisan non fiksi. Kenapa? Karena hampir semua tulisanku mengulas tentang kisah nyata dari kehidupanku.

Apakah selamanya akan menulis non fiksi?
Jujur, seperti yang telah kukatakan. Kali ini, yang ada dibenakku hanyalah yang penting nulis. Sekarang mungkin aku bergelut di dunia non fiksi, tapi mungkin jika aku sudah benar-benar pandai menuangkan ide yang mondar-mandir di sudut otakku, tidak menutup kemungkinan aku nulis fiksi juga.

Lantas termasuk kedalam genre mana tulisanku?
Setelah kufahami kudalami dan ku resapi. Tulisan yang kubuat, tulisan yang begitu santai dan apa adanya ini termasuk kedalam opini. Kenapa opini? Karena kebanyakan tulisanku cenderung ke pendapat pribadi.

Harapanku banyak masuk saran serta kritikan, agar tulisanku semakin bermutu. Terimakasih.

#Tantangan pekan ke - 2 ODOP

RASUL PENYANYANG (By Afif)

Sumber : Muhammad Teladanku   (Tugas menceritakan kembali isi bacaan teks non fiksi) T eman-teman Rasulullah S.A.W sangat tidak menyukai ...