Gorong-gorong adalah cerita pendek (cerpen) di ngodop.com yang unik menurutku. Cerpen ditulis oleh penulis yang memiliki nama Naila Zulfa pada bulan September 2019, cerita ini berkisah tentang omelan sang ibu di hampir setiap hari karena banyaknya kecelakaan di gorong-gorong depan rumah.
Dalam cerpen “Gorong-gorong” menceritakan omelan seorang Ibu
yang hampir setiap hari di dengar oleh anak serta suaminya. Omelan yang
diucapkan bukan masalah perselingkuhan suaminya bukan juga masalah anak yang
kurang ajar. Hanya karena salah posisi rumah saja. Ups, salah si gorong-gorong
yang sudah minta dimanja.
Konon dalam cerita, gorong-gorong tersebut sudah tak layak
untuk dilewati karena seringkali memakan korban. Karena rumah si Ibu dalam
cerita kebetulan tepat di pengkolan tempat gorong-gorong itu berada, maka acap
kali si Ibu yang senantiasa menjadi pahlawan saat kecelakaan terjadi. Sebenarnya
sudah dialokasikan pembenahan gorong-gorong namun proyek tersebut mangkrak.
Terhitung sepuluh bulan sejak dibuat galian, sudah lebih dari dua puluh orang
terjatuh.
Yang menjadi pertanyaan, kemanakah Pak Kades? Apakah tidak
peduli dengan keadaan warganya? atau pura-pura tak peduli?
Banyak dugaan bahwa dana desa dikorupsi oleh Kades tersebut.
Sebenarnya Sang anak sudah kerap kali menawarkan untuk menggalang suara di
tingkat pemuda untuk menanyakan kejelasan dana desa yang ada. Namun, Ibu
melarangnya. Kabarnya Mbah di belakang Pak Kades sangat mumpuni. Akhirnya
si anak harus bersabar ditengah omelan dan keluhan Ibunya.
Namun, tak perlu waktu yang lama, ternyata ada seseorang
yang berani melaporkan Kades. Nyatanya, terdengar berita ‘Diduga Korupsi
Dana Desa, Seorang Kades Ditangkap di Rumahnya’. Kabar yang sangat tak
terduga, yang bisa membuat hat tersenyum lega, serasa merdeka dari omelan sang
Ibu. Namun sangat disayangkan, desa yang terkenal agamis, kini tercemar
gara-gara ulang seorang Kades.
Unsur Intrinsik
A.
Tema dan Amanat
Cerpen ini menurut saya sederhana, idenya muncul dari kisah nyata di
kehidupan seseorang sehingga mengalir dengan pasti serta mudah dipahami.
Cerita ini memberikan pesan bahwa, sepandai-pandainya tupai melompat
pasti akan jatuh juga atau bisa juga dengan pepatah sepandai-pandainya
menyimpan bangkai pasti tercium juga. Sehebat apapun menyimpan rahasia tentang
dana desa yang tengah di korup, ternyata terbongkar juga itikad buruk Pak
Kades.
B.
Point of View
Cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama, terlihat dari
penggunaan pronomina ‘aku’. Sudut pandang yang tepat bagiku, karena
memang cerpen berdasarkan pengalaman di kehidupan nyata.
C.
Alur
Alur dalam cerita adalah alur maju
D.
Tokoh dan Penokohan
Aku : pedui pada lingkungan sekitar, namun memilih diam karena
kekhawatiran sang Ibu.
Ibu: Peduli pada lingungan, cerewet, namun simpati terhadap apa yang
terjadi di desanya.
Bapak: Kebapakan dan lebih mengutamakan nasehat itsrinya.
Pak Kades: Antagonis, suka
menggelapkan dana desa.
E.
Latar
Latar tempat
Di depan rumah
Pagi hari, saat aku kebingungan mencari kunci motor, terdengar suara gedubruk
di depan rumah.
Latar waktu
Siang hari, pagi hari
Siang bolong seperti ini aku harus mendengar Ibu mengomel lagi dan
lagi.
F.
Gaya Bahasa
Bahasanya lugas dan mudah dimengerti.
G.
Ejaan Bahasa Indonesia
Secara
garis besar, bahasa yang digunakan oleh penulis sudah sesuai EYD, namun ada
beberapa yang luput karena memang tak ada manusia yang sempurna. Dalam kalimat ‘Info
ini kudengar langsung dari Ibu saat libur di hari minggu’, dalam penulisan
hari minggu sebenarnya menggunakan huruf kapital pada nama hari.
Unsur Ekstrinsik
Cerita ini memuat nilai-nilai kehidupan seperti nilai agama,
nilai sosial dan nilai moral.
Nilai agamis: Perilaku syirik
Ndilalah Ibu
melihta Pak Kades yang khusyuk menabur bunga di jembatan dekat rumah.
Nilai Sosial: Suka menolong
Ibu dan Bapak segera berlari ke depan. Menolong si
pengendara yang ternyata salah satu sesepuh desa.
Secara keseluruhan, menurut saya sendiri cerpen ini unik dan mengandung kritik sosial yang sesuai. Sehingga tak membutuhkan ketenangan saat membaca. Mengalir apa adanya.
Teks cerpen ini diterbitkan di www.ngodop.com
Referensi:
https://plus.google.com/up/?continue=https://plus.google.com/share?url%3Dhttp://www.ngodop.com/art/38/Gorong-Gorong
Terima kasih atas ulasan dan masukannya :)
ReplyDelete