Sunday 3 November 2019

Lima Langkah dari Rumah Part 4

"apa??!"

Wajah Deby murung, serasa disambar petir. Sakit  bukan main, namun cintanya belum pudar. Dalam hati ia berkata, aku harus tanyakan kepada Beni. Sejahat itukah dia, ah menurut Deby, Beni tak sejahat yabg Dion ceritakan. Lima bulan berlalu, hubungan mereka terjalin dengan baik.

Tin tin tin.......

Pagi itu, saat Deby tengah menyapu halaman, terlihat seorang lelaki membunyikan klakson motor. Ia pandangi lelaki itu.

"mas Beni, ah betulkah itu dia?" tanyaku sambil tersipu malu.

(besok kutunggu di warung bakso jumbo depan lapangan, pukul 13.00)

Bunyi sms yang muncul di layar Hp Deby.  Hati pun berbunga-bunga tak sabar menanti hari esok.

Pertemuan mereka tak seromantis romeo dan juliet. Meski sudah lama berpisah, saat berjumpa mereka terlihat biasa saja, hanya saling senyum dan saling pandang.

"sehat mas?" tanyaku mengawali.
"alhamdulillah dik, kamu sehat juga kan. Terima amplop ini ya dik, kau saja yang simpan" Beni menyerahkan amplop berisi beberapa lembar uang.

"tapi aku bukan siapa-siapa. Tak pantas aku menerima uang ini".

"bukankah kelak kita akan menikah? Simpanlah dik, aku tak sempat membelikanmu oleh-oleh. Belilah baju dan yang lainnya.

"apakah aku hanya sebagai taruhan?" tanyaku.
"kata siapa?" ia bertanya kembali, namun wajahnya terlihat begitu gugup.
"mas, sudah banyak yang bilang sama Deby, benarkah itu?" tanyaku.
"andai aku jujur, apakah kamu akan percaya?" tanyanya.

Deby hanya menganggukkan kepala.

"sebelum aku menyatakan cinta sama kamu, adakah 2 pemuda kampung yang juga menyatakan cinta padamu?" Beni bertanya kepada Deby.

Deby diam, menatap wajah Beni denga tanda tanya yang sangat banyak. Knapa Beni bisa tahu padahal Debyvtak pernah cerita. Deby kini kembali menganggukkan kepalanya.

"ya, itulah, kita sedang bertaruh. Saat itu memang, aku tak begitu ingin berpacaran denganmu, namun, setelah aku mendekatimu rasa cinta muncul begitu saja, maka sampai kini, menurutku cintaku padamu bukan perkara taruhan. Inilah perasaanku" jelas Beni kepada Deby.

Deby tersenyum. Entah apa yang merasuki Deby hingga ia mudah luluh dan percaya kepada ucapan Beni.

Hari demi hari berlalu, saat Beni pulang Deby sering janjian untuk bertemu dengan Beni. Sampai pada suatu hari, sms masuk di Hp ku.

'jangan dekati Beni, dia milikku. Dari Ita kekasih hati Beni'

Kali ini, Deby tak perdulikan pesan tersebut. Karena bagi Deby memang suatu hubungan akan banyak sekali rintangannya. Meski Deby penasaran, ia tetap mengabaikan pesan tersebut.

Sore itu, ada sebuah tandingan sepak bola di lapangan. Tak seperti biasanya, Beni tak kunjung menghubungi Deby. Biasanya Beni selalu mengajak Deby menonton pertandingan-pertandingan yang ada di lapangan.

"mbak, ikut aku yuk" ajak Dion.
"kemana?
"nonton Bola, sama adik mbak juga kok" jawabnya.

Deby ikut saja, karena memang sedang badmood. Sesampainya di lapangan, Dion menunjuk ke satu arah.
"lihat itu mbk"

Terlihat Beni sedang duduk berdua menikmati pertandingan sepak bola dengan seorang wanita.

¤Bersambung¤

No comments:

Post a Comment

RASUL PENYANYANG (By Afif)

Sumber : Muhammad Teladanku   (Tugas menceritakan kembali isi bacaan teks non fiksi) T eman-teman Rasulullah S.A.W sangat tidak menyukai ...